Penulis: Eva Riana Rusdi (Kandidat Doktor Ilmu Sejarah Universitas Indonesia - Pendiri Rafflesia Institute)
Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia memperingati Hari Batik Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Di tengah beragamnya motif batik Nusantara, batik Besurek dari Bengkulu menyimpan keunikan tersendiri yang mencerminkan akulturasi budaya dan nilai-nilai luhur masyarakatnya.
Sejarah yang Terukir dalam Kain
Awal mula perkembangan kain Besurek diperkirakan telah ada sejak abad ke 16-17. Menurut cerita para tetua masyarakat, diperkirakan sejarah awal kedatangannya ketika keluarga Sentot Alibasya diasingkan di Bengkulu. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa banyak pemakai dan perajin kain khas Bengkulu ini adalah keturunan Pangeran Sentot Alibasya. Pada saat itu pembuatannya hanya dilakukan keluarga mereka untuk mengisi kekosongan waktu yang ada, akan tetapi banyak masyarakat yang tertarik dan ingin belajar, sehingga akhirnya banyak masyarakat yang belajar dan bisa membuatnya.
Ditelaah dari pengertian sendiri Batik Besurek terdiri atas 2 kata yaitu "batik" dan "besurek". Batik merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa dan terdiri dari gabungan dua kata yaitu "amba", yang artinya "menulis" dan "titik" yang artinya "titik". Kata batik juga berasal dari kata "Ambatik" yang memiliki arti "kain dengan titik-titik kecil". Sedangkan kata "besurek" berasal dari bahasa Bengkulu Melayu "besurek", yang berarti "bersurat" atau 'bertulis".
Menurut informasi dari situs Jalur Rempah Kemdikbudristek Republik Indonesia, ilmu yang menginspirasi motif batik Besurek berasal dari perpaduan antara pedagang Arab dan pekerja dari India pada abad ke-17. Diyakini, motif kaligrafi Arab yang menjadi ciri khas batik ini pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Gujarat dan Persia yang singgah di pesisir Bengkulu Mereka tidak hanya membawa dagangan, tetapi juga menyebarkan agama Islam dan memperkenalkan seni menulis indah huruf Arab.
Para pengrajin batik Bengkulu kemudian mengadopsi tulisan kaligrafi ini ke dalam motif batik mereka, menciptakan paduan unik antara tradisi lokal dan pengaruh Islam. Batik Besurek menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan transformasi budaya masyarakat Bengkulu.
Seiring berjalannya waktu, terciptalah warisan budaya khas Bengkulu ini, yang turut memberikan kontribusi pada wastra Nusantara. Kain Besurek juga telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Provinsi Bengkulu pada tahun 2015. Besurek terdaftar dalam domain Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional dengan nomor pencatatan 201500208.
Makna di Balik Motif
Keindahan Batik Besurek tidak hanya terletak pada tampilan visualnya yang memukau, tetapi juga pada makna mendalam yang terkandung dalam setiap motifnya. Motif utama pada kain ini yaitu motif kaligrafi berwarna khas merah, kuning dan biru dan selanjutnya berkembang menjadi motif-motif yang beragam. Kaligrafi pada Besurek memiliki desain motif dari huruf-huruf Arab yang dapat dibaca tetapi tidak mempunyai makna dan memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan penyebaran Islam di Bengkulu.