Pengetahuan terkait obat adalah suatu hal wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat khususnya yaitu siswa/siswi. Menurut sebagian orang, berobat sendiri di rumah lebih praktis dibanding harus berobat ke dokter. Pengobatan sendiri dirumah disebut dengan “Swamedikasi’’. Swamedikasi bertujuan untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit ringan seperti flu, penyakit kulit, sakit maag, diare, dan lain-lain. Perilaku swamedikasi yang dilakukan masyarakat harus dilengkapi dengan pengetahuan masyarakat mengenai obat supaya tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error) dalam pengobatan yang telah dilakukan. Beberapa kesalahan pengobatan yang dapat terjadi diantaranya kesalahan tempat pembelian obat, kesalahan penggunaan obat yang rasional, hingga
kesalahan dalam penanganan, penyimpanan, dan pembuangan obat. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesalahan pengobatan (medication error) terbitlah suatu program yang dinamakan dengan istilah DAGUSIBU.
Program DAGUSIBU merupakan program tentang edukasi mengenai bagaimana cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar. DAGUSIBU adalah program yang dirancang oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang penggunaan obat yang baik dan benar.
DAGUSIBU adalah salah satu upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kefarmasian. Manfaat dilaksanakan program DAGUSIBU untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengetahuan mengenai penggunaan obat dan pengelolaan obat yang baik. Kegiatan penyuluhan DAGUSIBU ini dilakukan pada hari Selasa, 23 Juli 2024. Sasaran penyuluhan ini adalah siswa kelas VIII AMTs Assathi’ Karas. Alasan pemilihan sasaran penyuluhan, karena pada sebagian besar siswa di sekolah tersebut adalah anak pondok yang tinggal jauh dari orang tuanya, sehingga edukasi mengenai DAGUSIBU obat
diperlukan oleh mereka ketika melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi). Permasalahan yang diperoleh dalam kegiatan penyuluhan tersebut yaitu kurangnya pengetahuan siswa maupun siswi terkait program DAGUSIBU. Sebelum kegiatan dimulai, siswa melakukan absensi kehadiran, dilanjutkan dengan pembagian snack kepada siswa dan siswi sebagai menu konsumsi, dan pengerjaan pretest oleh siswa/siswi sebelum diberikan materi. Kemudian pemberian materi mengenai DAGUSIBU, dilanjutkan dengan pengerjaan posttest, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Terakhir dilanjutkan dengan pemberian reward kepada peserta yang aktif bertanya.
Hasil pretest menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/siswi belum banyak mengetahui mengenai DAGUSIBU. Kebanyakan dari mereka
mengira bahwa konsultasi mengenai obat-obatan hanyalah kepada dokter saja, padahal ada tenaga kesehatan yang khusus menangani masalah obat-obatan yaitu apoteker. Sedangkan hasil posttest menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa/siswi mengenai DAGUSIBU secara lebih mendalam lebih baik dari sebelum diberikan materi penyuluhan DAGUSIBU. Kegiatan penyuluhan DAGUSIBU berjalan dengan baik. Harapan dari penyuluhan program ini adalah semoga siswa/siswi selalu mengingat pengetahuan yang telah diberikan mengenai DAGUSIBU dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H