Diakui atau tidak di era post modern ini banyak orangtua yang beranggapan bahwa anak yang sukses adalah anak dengan nilai akademis yang baik, tak sedikit orangtua yang memaksakan hal tersebut dan akhirnya menjejal anak dengan berbagai macam mata pelajaran bahkan sesampainya anak pulang sekolah yakni di rumah.
Kurikulum yang ada sekarang ini sudah sangat padat dibandingkan negara-negara maju lainnya, namun mau tak mau suka tak suka karena kita berada di negeri indonesia ya kita menerima saja namun tetap mengakali bagaimana caranya supaya anak tetap nyaman dan bahagia bersekolah.Â
Nah oleh karena kurikulum yang ada pun sudah sangat banyak tak etis sebagai orangtua kita tidak memahami psikologis anak dengan memaksa anak menguasai semua bidang.Â
Harapan orangtua hanya anak bisa menjadi juara kelas dengan nilai yang sangat memuaskan, itu saja. Ya memang hal tersebut tentu membuat orangtua bahagia, namun apakah pada realitanya yang menentukan kesuksesan anak hanya dari nilai lapor saja?
Ketika nilai akademis anak bobrok bahkan hanya standar saja orangtua memaki habis-habisan seakan-akan dunia akan runtuh karena hal tersebut. Benarkah anggapan tersebut?
Lalu apa dong yang harus dilakukan oleh orangtua ketika nilai akademis anak kurang memuaskan?
Orangtua wajib menganalisis dari berbagai faktor, berbagai sudut pandang apa alasan dibaliknya, apakah karena tuntutan dari orangtua, guru dan sekolah yang terlalu tinggi sehingga justru menyurutkan semangat anak, potensi anak jadi tidak keluar. Karena meskipun kecerdasan intelektual anak terhitung rata-rata jika anak rajin dan semangat belajar seyogyanya ia akan mampu mengikuti pelajaran dengan baik, akan mampu beradaptasi dengan baik.Â
Selain itu apakah memang dari nilai lapor tersebut memang hampir semuanya bukan minat dan bakat anak tapi anak justru memiliki minat dan bakat lainnya yang tentunya dapat terlihat jelas pula pada nilai lapor, di mata pelajaran apa anak unggul? di mata pelajaran apa anak kurang unggul? itulah yang harus dianalisis dan dipahami orangtua.Â
Kembangkanlah potensi anak dengan melihat nilai nya yang unggul, untuk nilai yang kurang inggil jangan dipaksa menjadi unggul karena memang tidak ada minat dan bakat anak disana.
Orangtua harus paham dulu arti sukses, tujuan sukses yang seperti apa yang harus dicapai anak, apakah dengan anak menjadi pegawai kantoran, apakah anak yang menghasilkan banyak uang? realitanya banyak sekali orang dewasa yang tetap melakukan bunuh diri meskipun bergelimang harta, berarti bukan itu dong yang disebut sukses.Â
Lalu orang sukses itu yang seperti apa? orang sukses adalah orang yang bahagia dan kebahagiaan yang hakiki didapatkan oleh orang yang bersyukur. Itulah yang ditanamkan kepada anak, profesi apapun anak nantinya, anak kita adalah anak yang sukses jika disertai dengan bersyukur yang endingnya kebahagiaanlah yang ada.