Mohon tunggu...
Eva Nur Khofifah
Eva Nur Khofifah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis 5 Buku, Praktisi Pendidikan Keluarga, Hipnoterapis, Founder @mozaikpsikologi

Salam Bahagia, Life with Love.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak dalam Perspektif Islam

18 April 2019   16:45 Diperbarui: 18 April 2019   17:00 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : islamkafah.com

5. Anak lahir dalam keadaan fitrah

Dalam dunia psikologi disebutkan bahwa ketika anak terlahir ia seperti kertas kosong yang tidak ada isinya. Lalu bagaimana islam memandang hal ini? Kita sajikan terlebih dahulu keterangannya ya.

" Setiap anak yang terlahir ke dunia adalah fitrah, tinggal kedua orangtuanya lah yang menjadikannya yahudi, nashrani atau majusi". ( HR Bukhari)

Dalam islam anak adalah fitrah, fitrah disini dijelaskan dalam beberapa tafsir maksudnya adalah fitrah beragama islam. Sehingga orangtuanya lah yang menentukan apakah ia beragama selain islam. Jadi tidak tepat ya kalau mengatakan bahwa fitrah tersebut maksudnya adalah anak adalah kertas kosong yang tidak paham apapun. 

Namun diluar hal itu, teori terkait anak seperti kertas kosong bisa dikatakan ada benarnya,  karena anak memang belum paham apapun terntang hal duniawi ini, sehingga segala sesuatunya tergantung orangtua, mau melukiskan hal yang bai atau hal buruk pada anak? namun tetap teori ini tidak bisa dikaitkan dengan fitrah, karena jelas fitrah disana adalah beragama islam, menyembah allah, jadi sudah ada perjanjian sebelumnya dengan Allah.

Sekian sedikit penjelasan terkait anak dalam persepektif islam, masih banyak indikator terkait anak dalam islam, yang di atas hanyalah gambaran umum saja.

Semoga bermanfaat.

Salam Bahagia.

Mozaik Psikologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun