Ketika mendengar kata parenting, kenapa ya yang terlintas dibenak adalah seorang ibu yang mengasuh anaknya. Lalu kenapa ayah tidak terlintas dalam benak?
Hal ini tentunya menjadi sebuah pecutan bagi para ayah, mengapa bisa terjadi hal semacam itu padahal jelas dalam pengertiannya saja, parenting adalah program pengasuhan yang dilakukan oleh ORANG TUA, jika orang tua berarti bukan hanya ibu saja dong, ada ayah didalamnya. Â Anak lahir karena ada ayahnya bukan?
Penulis pernah mendengar salah seorang pemateri yang memberikan materi tentang penanganan orang tua terhadap anak yang menderita cerebral palsy ( lumpuh otak) ia berkata ketika ada ibu yang konsultasi mengenai anaknya yang menderitan cerebral palsy tanpa datang dengan ayahnya, maka ia mengatakan dengan tegas bahwa ia tidak akan melakukan konsultasi jika ia tidak datang dengan ayah anak tersebut, karena ia berpikir rasanya sia sia saja jika ia hanya membimbing ibunya tanpa ayahnya tau pula secara mendetail apa yang harus dilakukannya kepada anaknya.
Hal yang perlu digarisbawahi pada cerita di atas adalah bahwa sebetulnya tidak bisa dalam mendidik anak hanya ibu saja yang berperan sedangkan ayahnya merasa cukup ketika sudah memenuhi kebutuhan materi anak. Harus ada kerjasama yang baik anatara ibu dan ayah dan kerjasama tersebut hanya akan terwujud jika ada komunikasi yang baik pula.
Ya, tentunya kita pun tidak boleh menutup mata bahwa waktu para ayah kebanyakan dihabiskan untuk  memeras keringatnya demi menafkahi keluarga. Namun yang dibutuhkan oleh seorang anak bukan kuantitas/ berapa lama ia bertemu, namun kualitas yang dihasilkan sekalipun waktu bertemu sangatlah singkat.
Namun bagaimana yang terjadi saat ini? sangat disayangkan sekali kebanyakan para ayah saat ini diperbudak oleh tekhnologi, sehingga dirinya yang dikalahkan oleh canggihnya teknologi bukan justru mengalahkan teknologi dengan cara memanfaatkan sebaik-baiknya dan menggunakannya hanya untuk hal positif saja. Teknologi yang mana nih? misalnya ayah baru saja datang kerja bukannya menyapa anak namun ia sibuk melihat notifikasi medsos sampai akhirnya lupa waktu, ketika libur tiba bukannya mengajak anak bermain diluar berjalan-jalan atau berolahraga, para ayah disubukkan dengan bermain play station tanpa henti karena ia beranggapan ingin beristirahat dari lelahnya bekerja selama weekday padahal tanpa sadar anakpun butuh waktu bermain dengan ayahnya ketika ayahnya libur.
Jika kebutuhan bermain anakpun tidak terpenuhi, bagaimana kebutuhan lainnya semisal pendidikan dasar anak dan akhlak yang baik yang tentunya ayahpun harus memberi tauladan yang baik.
Itu hanya sedikit contoh terkait pemikiran dangkal seorang ayah yang merasa sudah cukup ketika sudah mencukupi kebutuhan materi anak, padahal kebutuhan imateri pun sangatlah diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
Semua tergantung prioritas, apakah keluarga menjadi prioritas? jika menjadi prioritas tentunya akan selalu diutamakan apalagi menyangkut sense of responsibility seorang ayah terhadap anaknya.
Ketika ada seminar/pelatihan parenting yang datang kebanyakan adalah para ibu, meskipun acara seminar/parenting dilakukan di hari weekend. Ya memang benar adanya jika ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya, namun apa sebetulnya peran ayah? ayah bagaikan kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab lebih tinggi dibandingkan ibu sebagai madrasahnya. Apakah kepala sekolah harus ada setiap saat? tidaaak ya. Namun kepala sekolah harus selalu mengontrol dan menjadi penanggungjawab ketika sesuatu hal terjadi.
Umpamanya disekolah nih, waktu murid yang dihabiskan lebih lama dengan guru dan kepala sekolah karena sibuk hanya mengontrol beberapa saat saja. Lalu ketika ada permasalahan ujung-ujungnya yang bertanggungjawab bukan guru kan? namun kepala sekolah yang dianggap menjadi penanggung jawab utama.Â