Wangi-wangian atau lebih dikenal dengan istilah parfum merupakan salah satu kebutuhan masyarakat di dunia modern saat ini. Selama ini parfum dapat digunakan oleh semua kalangan, baik pria, wanita, anak-anak hingga dewasa.
Bahan kimia berbahaya pembuatan wewangian di parfum berasal dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari bahan petrokimia mengandung neurotoxin (racun yang bisa merusak pembuluh darah atau syaraf otak) dan terdapat kandungan karsinogenik (bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Sementara, ada beragam bahan alami yang aman digunakan sebagai formulasi penghilang bau, yaitu bahan yang mengandung senyawa antibakteri.
Menyadari hal tersebut, lima mahasiswa UB lintas fakultas, diantaranya Raden Suryo Setiawannoto (FAPET/2017), Eva Nur Hidayah (FAPET/2017), Puspita Sekar Kirana Dewi (FAPET/2017), Eny Nur Hidayati (FEB/2018), dan Muhammad Nur Rokhim (FAPET/2019) dibawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Ali Nughroho, MS, DAA berhasil mengombinasikan dua bahan alami yang mengandung senyawa bakteri, yaitu propolis dan ampas kopi robusta menjadi produk natural penghilang bau tak sedap yang bernama "SAKTI" untuk menghilangkan bau tak sedap terutama pada sepatu dan helm.
Propolis dapat diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera, yaitu lebah spesialis pengasil propolis yang mengandung flavonoid dan berkasiat sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antiinflamasi dan kariostatik. Sedangkan ampas kopi robusta yang memiliki karakteristik kekentalan yang kuat dan terdapat kandungan Asam klorogenat yang berfungsi anti kanker, antivirus hepatitis B, antihipertensi dan antioksidan (Farhati dan Muchtariadi, 2015).
"Beberapa proses pengujian untuk menjamin kualitas produk meliputi uji aktivitas antibakteri, uji TPC dan uji organoleptic," papar Raden Suryo, ketua tim SAKTI
Raden menjelaskan, penggunaan SAKTI mampu menjadi solusi preventif dalam mencegah bau tak sedap khususnya pada sepatu, jaket, dan helm. Selain itu, SAKTI dilengkapi dengan teknologi nanopartikel berukuran 1-200 nanometer yang bisa menembus bagian sela-sela terkecil. Potensi komersialisasi SAKTI cukup terbuka, mengingat kebutuhan masyarakat pengendara motor yang sangat tinggi seiring himbauan kemenkes RI agar masyarakat beralih menggunakan produk alami. (ENH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H