Mungkin kita ingat saat Islamic State for Iran and Suriah (atau di luar negeri dikenal sebagai IS) memproduksi begitu banyak meme dan konten saat mereka berusaha meraih banyak simpatisan untuk merekrut mereka saat perang dengan Suriah.
Konten yang mereka produksi itu begitu sangat menarik hati para simpatisan, sehingga banyak simpatisan dari seluruh dunia (termasuk Indonesia ) tergerak hatinya sehingga mereka berangkat ke Suriah. Ribuan orang melakukan itu. Sebagian membawa keluarga besarnya. Beberapa warga Indonesia juga melakukan itu dengan membuang semua masa depannya di tanah air, demi impian yang mereka saksikan lewat bujuk rayu dari IS dengan visual yang menarik hati.
Setelah IS kalah dari Suriah dan banyak dari simpatisan itu dipenjara oleh pemerintah Suriah, pihak IS tidak berhenti untuk melanjutkan impiannya mewujudkan kekalifahan di dunia.
Sebuah media Jerman melaporkan bahwa beberapa pengamat dari berbagai lembaga riset  bahwa IS dan beberapa kelompok ekstremis lain sangat sering menggunakan perankat lunak terbaru. Diantara mereka juga merilis penggunaan chatboot AI.
Pada bulan Maret lalu, sekelompok orang menyerang Balai kota Crocus di Moskow yang sedang menikmati konser rock. Kelompok yang kemudian diketahui terafiliasi dengan IS ini membakar gedung dan menembaki sekitar 6000 orang yang hadir pada konser tersebut. Korban diketahui sekitar 135 orang tewas dan sekitar 100 terluka. Beberapa hari kemudian IS membuat siaran berita palsu soal peristiwa tersebut dan menebitkannya empat hari setelah siaran.
Dari peristiwa itu dan rentetan peristiwa setelahnya, kita bisa menyimpulkan bahwa kelompok-kelompok teroris kini menggunakan perangkat kecerdasan artifisial AI sebagai pelengkap "perjuangan" mereka. Para pengikutnya juga aktif dan melek teknologi dengan membuat konten emosional yang khusus digunakan untuk menggalang basis pendukung dari seluruh dunia.
Mungkin kita juga ingat bagaimana ISIS ketika menggalang pendukung melawan Suriah juga menggambarkan impian mereka melalui media sosial bahwa mereka akan mewujudkan negara Islam yang aman dan damai seperti zaman Nabi Muhammad. Namun yang ditemui oleh para pendukungnya adalah hal sangat bertentangand engan kenyataan.
Karena itu ada baiknya, kita selalu berfikir positif jika pemerintah melakukan sesuatu soal situs-situs atau aplikasi yang disinyalir radikal. Situs dan aplikasi itu (pasti memakai AI atau kecerdasan buatan) itu cenderung memanipulasi sesuatu untuk tujuan yang buruk. Pandangan positif dan dukungan kepada pemerintah itu perlu kita bangun untuk mempersempit gerak para teroris yang menggunakan kecerdasan intelektual dalam program mereka. Dengan begitu kita bisa mewujudkan suasana yang damai dan baik untuk semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H