Kita sering mendengar bagaimana negara lain termasuk negara besar memuji demokrasi di Indonesia. Meskipun indeks berdemokrasi kita naik turun, tetapi pesan moral dari nila-nilai berdekrasi di Indonesia sangat berbeda. Terlebih historis setiap negara pasti berbeda.
Banyak kepala negara yang memuji pengelolaan negara dan bangsa ini, setelah melewati era reformasi. Mereka mengakui bahwa mengelola bangsa yang sangat heterogen seperti Indoensia tidaklah mudah. Tidak saja menyangkut perbedaaan keyakinan tetapi etnis, perbedaan bahasa bahkan warna kulit. Belum lagi menyangkut geografi yang sangat panjang dan lebar. Bahkan kita merupakan salah satu negara dengan jumlah pulau yang sangat banyak di dunia.
Dengan kondisi itu, disukai atau tidak maka banyak kepala yang punya ide atau punya keinginan berdasarkan kondisinya itu. Seorang Hindu Bali mungkin ingin menonjolkan idenya tentang bangsa, yang mungkin saja tidak disetujui oleh yang lain. Begitu juga umat muslim yang ada di tangah air. Sebagian mereka menginginkan syariat Islam menjadi dasar dari semua hukum di Indonesia. Namun para pendiri bangsa ini sudah berkeputusan bahwa kita yang sangat heterogen ini memilih Pancasila sebagai dasar negara dan bangsa kita.
Terbukti, Pancasila sangat lentur sebagai dasar negara dan bangsa kita. Dia menyelamatkan kita dari banyak tragedy yang harus kita lalui, sejak orde lama sampai orde baru. Kita juga mengalami era kepemimpinan yang punya warna berbeda dalam mengelola bangsa ini, namun kita masih tegak sebagai bangsa yang dikenal pluralis.
Namun layak diwaspadai, meski demokrasi telah sedemikian maju dan baik, namun ada pihak-pihak yang selalu memanfaatkan celah untuk memecah belah. Kita bisa ambil contoh gampang adalah ketika masa pemilihan umum, entah itu Pilpres, pilkada dan pilkades. Dimasa lalu, Indonesia tetap harmoni saat pesta demokrasi itu berlangsung. Tapi pada masa sekarang, suasana harmoni itu dinodai dengan berbagai narasi bahkan ujaran kebencian. Narasi-narasi itu sering melibatkan Suku Agama Ras dan Antar golongan dalam memojokkan lawan. Semuanya itu dilakukan banyak orang untuk meraih kekuasaan. Banyak orang itu juga tidak sadar bahwa pihak lain menunggangi kepentingan mereka meraih kekuasaan itu dengan cara disharmonbi sehingga perpecahan tidak terhindarkan.
Bagaimanapun Pemilu (Pilpres dan Pilkada dll) , merupakan puncak (pesta) demokrasi kita. Sebuah puncak demokrasi harus dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, etika demokrasi dan Upaya untuk melakukan pendidikan politik bagi masyarakat.
Tujuan utama sebuah pesta demokrasi tentu saja bukan perpecahan , namun semuanya pasti menginginkan suasana damai. Karena itu waspadai pemecah disekitar kita yang tak inginkan pest aitu berlangsung dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H