Pada tanggal 1 Juni 2023 diperingati hari lahirnya ideologi bangsa yaitu Pancasila. Kebetulan pada tahun ini berdekatan dengan peringaan hai Waisak sehingga pemerintah menetapkan cuti bersama pada hai antara itu. Tentu suatu weekend yang menyenangkan.
Pancasila lahir suatu pengendapan panjang soal kebangsaan dan jati diri Indonesia, oleh pencetusnya yaitu Ir Soekarno. Pancasila lahir saat sang proklamator itu harus menjalani masa pengasingannya di Ende, Flores. Pengendapan panjang dan sunyi itu kemudian menjadi falsafah bangsa kita.
Setiap sila dari Pancasila bukan pemikiran baru atau modifikasi pemikiran. Pancasila adalah perasaan dari sari pati nilai, moral dan ajaran yang sudah lama dipraktekkan dalam kehidupan nusantara. Jika kita pernah ke beberapa daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, kita mendapati nilai-nilai itu ada di sikap dan perilaku masyarakat adat itu.
Pancasila bukan barang impor dan asing, tetapi cara pandang yang telah menyatu dalam batin masyarakat yang mempersatukan perbedaan. Misalnya kita membaca sejarah penyebaan Islam oleh Walisongo, di dalam sikap dan wejangan penyebaran itu tedapat nilai-nilai Pancasila. Mereka melebur dalam masyarakat. Islam yang mereka sebarkan juga tidak disebarkan dengan kekerasan namun dengan damai. Sehingga akulturasi, terjadi di sana.
Karena Falsafah yang diambil dari nilai-nilai lokal yang agung, sehingga mampu menjadi perekat yang bisa menyatukan seluruh Nusantara. Ribuan perbedaan ada di negara kita ini, tapi tidak mudah terpisah karena nilai-nilai agung itu. Inilah yang membuat beberapa negara di dunia kagum akan persatuan Indonesia.
Betapa mereka tidak kagum? Karena banyak sekali negara yang terpisah karena perbedaan suku atau karakter daerah. Kita ingat misalnya sejarah bangsa Rwanda yang hanya punya dua sampai tiga suku (diantaranya adalah suku Hutu dan Tutsi) namun dalam pejalanan kebangsaan mereka, pernah saling bunuh karena perbedaan itu, meski akhirnya bersatu kembali.
Bagaimanapun, di tengah percaturan ideologi global, Pancasila pun menjadi jalan tengah yang memoderasi ekstrem kanan dan kiri. Dalam perspektif keagamaan, Pancasila bukan agama baru dan tidak menggantikan agama, tetapi nilai-nilai Pancasila bersumber dari ajaran agama.
Karena itulah mengamalkan Pancasila berarti mempraktekkan nilai luhur budaya bangsa dan agama sebagai perekat bangsa dan penangkal dari paham yang mengajarkan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H