Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tikungan di Narasi Pro Palestina

27 Mei 2021   18:40 Diperbarui: 27 Mei 2021   19:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama beberapa minggu terakhir kita sangat dipenuhi oleh berita tentang hubungan Palestina dan Israel. Untuk kesekian kalinya pertikaian yang disertai dengan pertumpahan darah yang menghiasi jagat berita yang kita terima di Indonesia.

Berita-berita yang panas itu bertambah panas saat 'diolah' oleh para creator pribadi media sosial. Olahan itu kemudian menjadi sesuatu pemantik banyak kemarahan masyarakat Indonesia terhadap Israel. 

Tak jarang olahan itu menikung dari semangat Palestina lepas dari Israel. Tikungan itu menjadi seolah kemerdekaan dan hak yang seharusnya dimiliki oleh Palestina adalah negara Islam yang berdasarkan kekhilafahan, seperti yang sebelum adanya orang Yahudi di daerah itu (Suriah Selatan), adalah di bawah kekhilafahan Ottoman.

Banyak orang yang pro Palestina atau bersimpati atas perjuangan Palestina termakan semangat kekhilafahan itu; bahwa apa yang diperjuangkan oleh orang Palestina adalah negara Islam. 

Padahal semangat kekhilafahan di Palestina ditentang oleh sebagian besar masyarakat dan tokoh Palestina itu sendiri. Mungkin kita ingat Hizbut Tahrir yang juga 'beken' di Indonesia. Hizbut Tarir di Palestina hanyalah sebuah ormas yang punya cita-cita politik yang berbeda dengan sebagian besar semangat nasionalisme Palestina. Pemerintah Palestina itu menolak bahkan melarang cita-cita yang diusung oleh Hizbut Tahrir itu.

Karena, Taqiyudin al-Nabhani, salah satu funding father Hizbut Tahrir yang selalu membawa mercusuar ideologi khilafah ini, sejatinya memiliki "kepentingan politis" di atas kepentingan politik masyarakat Palestina itu sendiri. Artinya, ideologi khilafah yang digaungkan, itu justru tidak ada "korelasi" yang klop, tepat, satu arah dan satu kepentingan dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat Palestina.

Namun justru semangat ormas Hizbut Tarir yang sangat riuh didengungkan oleh orang-orang yang pro. Mereka mempromosikannya nyaris setiap hari, ibarat kata mereka mempromosikan sepanjang jalan dan membuat spanduk besar- besar yang bernada ajakan mendukung perjuangan Palestina untuk mewujudkan mewujudkan negara Islam. Ibarat kata itu memang terjadi di media sosial.

Bagi orang yang paham betul sejarah Palestina dan Israel, tidak akan termakan narasi-narasi yang bersifat menikung itu. Keinginan Palestina bukan soal negara Islam namun lebih luas dan lebih dalam adalah soal hak yang diabaikan dan perjanjian internasional yang nyaris tidak digubris oleh Israel. Palestina hanyalah sebuah negara yang ingin mendapatkan haknya kembali, dan kebetulan saja sebagian besar dari masyarakat Palestina adalah bangsa Arab dan beragama Islam.

Semangat Nasionalisme masyarakat Palestina, sejatinya jauh berbeda dengan semangat khilafah yang "sebagian orang" Indonesia promosikan di jalan-jalan. Gerakan ideologi khilafah pada mulanya memang lahir di negeri Palestina itu sendiri yang disuplai oleh Ormas Hizbut Tahrir. Tetapi, sejak dulu, pemerintah Timur Tengah khusus-nya Palestina itu menolak dan bahkan melarangnya.

Jadi, jangan ikut-ikutan menikung. Nanti terjerembab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun