Mohon tunggu...
Evans Garey
Evans Garey Mohon Tunggu... -

Trainer dan Speaker Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Why We Want Your Marriage to Be Happy?

4 Mei 2012   08:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Evans Garey

Setiap manusia pada dasarnya memiliki hak-hak dasar dari sang Pencipta. Salah satu hak dasar manusia adalah hak untuk hidup. Kehidupan merupakan anugerah dari sang Pencipta. Tidak ada orang yang dapat memberi atau mengambilnya begitu saja. Hak dasar lainnya adalah hak untuk memiliki kebebasan. Manusia memiliki hak untuk hidup secara bebas tanpa terbelenggu oleh tirani atau penjajahan.

Salah satu hak utama manusia juga adalah kebahagiaan. Tidak ada orang yang tidak berhak mengalami kebahagiaan. Setiap pribadi berhak hidup bahagia dan sejahtera.

Begitu juga dalam pernikahan. Tidak ada pernikahan yang tidak berhak mengalami kebahagiaan. Setiap pernikahan berhak mengalami kebahagiaan.

Namun demikian kenyataannya tidak semua orang mengalami kebahagiaan. Tidak semua pernikahan adalah pernikahan yang bahagia. Banyak kehidupan pernikahan yang dipenuhi konflik hingga akhirnya kandas di tengah jalan. Padahal banyak orang dan pasangan yang ingin mencapai kebahagiaan.

Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebahagiaan? Suatu kali saya pernah bertanya kepada sepasang suami istri mengenai apa tujuan mereka menikah. Dengan segera si istri menjawab, “Ya untuk bahagia.” Sang suami mengangguk tanda setuju dengan apa yang disampaikan oleh pasangannya.

Saya melanjutkan percakapan dengan bertanya mengenai bagaimana mereka mendeskripsikan arti kebahagiaan bagi mereka. Secara spesifik saya minta mereka menjelaskan makna kebahagiaan bagi mereka sebelum mereka menikah dan sesudah menikah. Sesaat terlihat di depan saya, suami istri ini terdiam dan termenung, berpikir secara serius. Kemudian si istri menjawab bahwa bagi mereka kebahagiaan di masa sebelum menikah adalah kebersamaan mereka di masa pacaran. Si istri menegaskan bahwa masa pacaran itu begitu indah karena mereka selalu bersama. Namun  setelah menikah ternyata pernikahan tidak seperti yang mereka bayangkan. Bagi mereka kebahagiaan adalah kehidupan pernikahan yang rukun, damai, dan tidak mengalami masalah. Ternyata apa yang mereka pikirkan mengenai kebahagiaan dalam pernikahan itu tidak sesuai. Ada banyak permasalahan yang mereka alami sehingga mereka merasa frustasi.

Edward Diener seorang Psikolog yang banyak meneliti mengenai makna kebahagiaan mengungkapkan bahwa kebahagiaan adalah sebuah proses bukan sebuah tempat. Ia menjelaskan bahwa ada banyak orang yang berpikir bahwa kebahagiaan merupakan sebuah tujuan yang harus dicapai. Hal ini seringkali yang dipikirkan oleh banyak pasangan yang akan menikah. Mereka berpikir bahwa tujuan mereka menikah adalah mencapai kebahagiaan.

Fakta dalam kehidupan pernikahan seringkali membuat banyak pasangan menjadi bingung dan bahkan frustasi. Perbedaan-perbedaan dan konflik yang tidak terselesaikan akhirnya mengakibatkan hubungan menjadi dingin dan bahkan cenderung saling menyakiti. Kebahagiaan terasa begitu jauh dari pandangan.

Kebahagiaan adalah sebuah proses. Sama seperti pernikahan juga adalah sebuah proses. Proses membangun sebuah pernikahan dimulai dari membangun persahabatan dengan orang yang kita cintai. Hal ini berlanjut sampai pada hubungan pacaran, pertunangan, menikah, dan akhirnya membangun sebuah keluarga.

Yang dimaksud dengan proses adalah bukan hanya sebuah tahapan melainkan lebih pada bagaimana kita mampu mengelola berbagai kekuatan dan hal-hal positif dalam kehidupan untuk membangun kebahagiaan kita. Hal ini berarti bahwa fokus kita bukanlah pada hal-hal negatif atau kelemahan diri kita dan pasangan kita.

Biasanya pada tahap persahabatan kita cenderung tidak melihat kelemahan pasangan kita. Segala sesuatu mengenai pasangan biasanya selalu baik di mata kita. Namun setelah menikah cenderung lebih mudah bagi kita untuk melihat kelemahan diri kita dan terutama pasangan kita. Dibutuhkan disiplin untuk membangun hal-hal positif dan menemukan kekuatan di sekitar kehidupan rumah tangga kita. Dibutuhkan usaha untuk memelihara persahabatan yang sudah terjalin dengan pasangan kita agar tidak mudah dikaburkan dengan berbagai hal negatif yang ada.

Proses membangun kebahagiaan ini juga berarti bahwa kita harus mampu menghadapi berbagai persoalan yang mungkin menimbulkan rasa takut dan kuatir dalam diri kita. Kata bahagia dalam bahasa Yunani dapat dipadankan dengan kata soteria yang berarti sukacita yang tinggi  dan cenderung irasional. Sebaliknya phobia dalam bahasa Yunani artinya adalah rasa takut yang tinggi dan biasanya juga irasional. Pernahkah anda menaiki sebuah roller coaster atau wahana permainan kereta pacu? Sesaat ketika roller coaster dengan cepat menaiki puncak lintasan ada rasa takut yang ditandai dengan degupan jantung yang sangat kencang di dada. Namun setelah kereta meluncur melewati lembah lintasan dan terutama sampai di titik pemberhentian saat itu ada rasa kesenangan yang luar biasa dalam diri kita.

Seringkali dalam kehidupan pernikahan, kita hanya ingin menikmati saat-saat menyenangkan saja tanpa mau menghadapi saat-saat sulitnya. Banyak pasangan yang cenderung melarikan diri dan memilih untuk memutuskan hubungan daripada menghadapi rasa takutnya sendiri dalam menghadapi permasalahan. Kemampuan kita untuk mengelola hubungan dan konflik mungkin suatu cara untuk kita mengalami kebahagiaan. Sebenarnya rasa sukacita yang besar terkadang lahir dari rasa takut yang paling hebat.

Kebahagiaan juga merupakan sebuah proses untuk melakukan atau bertindak secara positif. Kebahagiaan bukan sekedar sebuah emosi sesaat yang dirasakan. Lebih dari itu siapa yang mau berbahagia harus mau berusaha dan bertindak agar dirinya mengalami kebahagiaan dalam hidup. Dalam kehidupan pernikahan setiap pasangan harus bertindak dengan aktif memelihara hubungannya. Tidak ada pernikahan yang akan bahagia begitu saja. Kebahagiaan dalam pernikahan harus diusahakan.

Kebahagiaan dalam pernikahan juga merupakan sebuah proses membuat orang lain bahagia. Pasangan yang bahagia adalah ia yang mampu membahagiakan pasangannya sehingga mereka bisa mengalami kehidupan pernikahan yang bahagia. Tuhan memberkati setiap orang yang berusaha menjadikan hidupnya berarti dan membuat orang lain bahagia.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun