Mohon tunggu...
Evan Prayudha
Evan Prayudha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tukang Teriaaaaaaaaaaaakkkk...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bintang, Rembulan, dan Matahari I

22 Agustus 2010   15:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saya adalah orang paling sibuk sabtu dan minggu. Saya harus melaksanakan tugas dan kewajiban yang telah diamanahkan tubuh saya untuk “membalas dendam”, maklum saja dari hari senin sampai jumat, saya harus bangun pagi, padahal setiap malam mata saya tidak dapat tidur sebelum jam 2 pagi.

Ketika saya terlelap dalam sebuah mimpi indah, tiba – tiba saja seseorang makhluk paling mengesalkan menyadarkan. “woi bangun udh jam 12 siang nich..” ; sambil malas2an saya menjawab “makanya gw lanjutin tidur siang bro”. Tanpa mempedulikan saya yg masih tertidur, dia komentar “Bro kayaknya gw dapet yang lebih indah dari bulan (bukan nama sebenarnya) dech...”;”serius bro!!!” saya terkaget bangun, dalam hati saya mengagumi sahabat saya ini baru beberapa minggu diputuskan sudah bisa dapat pengganti (kawan2 bisa lihat catatan saya dengan judul pasangan sendal jepit).

Dia kemudian bercerita tentang pertemuannya, namanya Matahari (masih tetap nama samaran), awal ketemu diberitahukan oleh temannya bahwa Matahari ngirim salam dan mempunyai FB, dengan senantiasa sang bintang dan matahari pun bertemu di dunia maya. Awalnya sang bintang masih terlalu mengharapkan bulan tetap bersinar disampingnya. Namun terangnya matahari membuat bintang melupakan keindahan rembulan. Sang bintang terus bercerita kepada saya tentang kelebihan sang matahari dan juga pasal paling penting bahwa ternyata Matahari telah menunggu sang bintang selama sembilan tahun. “Bro lo kayaknya jatuh cinta lagi dech???” saya bertanya kepadanya; “sepertinya bro...” bintang pun menjawab.

“alaahhh... hati-hati bro jangan sampai lo nyakitin orang bro”; ”maksudnya bro???”; ”iya lo udah tau khan rasanya disakitin, jangan sampai lo nyakitin orang bro, yakinin dulu perasaan lo, entar klo bulan tiba2 balik dan menyesali perbuatannya gmn???”; “iya juga yach... gw jadi ragu nich... tapi gw yakin bro dia nggak mungkin balik lagi, secara foto dia di FB pada saat wisuda gw aja sekarang sudah berubah nama jadi rembulan Koto (awalnya rembulan bintang), terus menurut lo gmn bro???” “saran gw sich lo sabar aja dulu, tetap berteman dengan dia, tapi nggak lebih dan kalaupun dia dan lo ingin lebih, gw harap lo jujur, sekarang keluar dari istana 3X4 milik gw, gw mau tidur siang”; “achh... rese lo” sambil jalan keluar dia bilang “ini tuch bukan milik lo tapi milik ibu kost lo, lagian tanahnya bukan hak milik tapi HGB, entar malam ke BC (base camp : tempat kami sering berkumpul) yach...” saya pun melanjutkan rasa malas saya. Tapi setiap saya memejamkan mata saya semakin memikirkan mereka. Rembulan bagaimana pun atau apapun yang telah di lakukannya tetap bagian dari kami, sedangkan matahari bukan siapa – siapa. Akhirnya saya bangun mandi dan bergegas menghubungi rembulan.

+++++++++Bersambung+++++++++ saya capek ngetiknya... hehehehehe... besok lagi yach...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun