Mohon tunggu...
Evan Prajongko
Evan Prajongko Mohon Tunggu... Admin Sales Support -

Pecinta dunia psikologi sosial dan budaya namun mencoba untuk menulis tanpa menggunakan bahasa akademik yang rumit. Sedang berjuang mengenai empat kesunyataan dan jalan mulia berunsur delapan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seri Babad Ponorogo: Ponorogo di Jaman Belanda

30 Agustus 2016   23:36 Diperbarui: 31 Agustus 2016   01:17 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sadhumuk Batuk Sanyari Bumi, Dibelani Tekan Pati.

Kisah Raden Martopuro Membunuh Asisten Residen Belanda

Di kawasan Bungkal, ada seorang tokoh bernama Raden Martopuro. Beliau masih keturunan (cucu buyut) bupati Ponorogo XIII (13), yaitu Raden Suradiningrat. Sejak remaja dalam darah Raden Martopuro bergolak rasa benci kepada Belanda yang dinilainya sewenang-wenang terhadap bangsanya. Ketika pecah Perang Diponegoro, Raden Martopuro bergabung dengan Gusti Kanjeng Jimat Pacitan yang diikutinya sejak remaja untuk melawan Belanda. 

Saat perang Diponegoro usai, Raden Martopuro memilih tinggal di Bungkal dan bekerja menjadi pengawas gudang kopi. Saat itu bergolak kembali kebencian Raden Martopuro karena Belanda memonopoli hasil kopi rakyat. Kopi harus dijual kepada Belanda dengan harga sangat murah di bawah harga pasaran. Rakyat yang tidak tunduk disiksa dengan kejam. 

Melihat tindakan Belanda, Raden Martopuro memberi kesempatan rakyat di Bungkal untuk menjual hasil kopinya secara sembunyi-sembunyi ke pasar. Akhirnya Belanda mencium gelagat tersebut dan menyiksa rakyat untuk memberi tahu siapa yang mengajari mereka.

Salah seorang wanita kemudian mengaku bahwa mereka diberi tahu cara menjual kopi ke pasar oleh Raden Ayu Martopuro (Istri Raden Martopuro). Tuan Willem (Antoni Willem Viensen; Anthony William Adriaan Vincent, dalam Knight, 2015), asisten residen Belanda di Ponorogo lalu datang ke rumah Raden Martopuro. 

Sampai disana bertemulah tuan Willem dengan Raden Martopuro dan istrinya yang sangat cantik. Merasa pangkatnya tinggi, Tuan Willem melakukan hal yang kurang ajar yakni menyentuh pipi istri Raden Martopuro. Raden Martopuro murka dan langsung memegang hulu keris siap menikam tuan Willem namun dicegah oleh mantrinya. “Raden, semarah apapun raden, tuan Willem adalah tamu”, ucap mantri. Raden Martopuro pun berkata, “baiklah… tapi ingatlah kata kataku… penghinaan Tuan Willem akan dia bayar dengan nyawanya”,  ucap Raden Martopuro.

Raden Martopuro Membunuh Tuan Willem

Sadhumuk batuk sanyari bumi dibelani tekan pati (menyentuh kening / simbol kehormatan wanita, melanggar hak meski hanya sejengkal, akan dibayar dengan nyawa) demikianlah semboyan Raden Martopuro. Dendam Raden Martopuro terhadap tuan Willem tak kunjung padam. Suatu ketika, tuan Willem mengadakan pesta perayaan tahun baru. 

Di antara undangan datanglah Raden Martopuro. Saat tengah malam Raden Martopuro menghadap pengawal tuan Willem untuk minta ijin bertemu. Setelah berhadap-hadapan, Raden Martopuro langsung menikam tuan Willem dengan keris hingga mati seketika. Pengawal pun gempar, karena Raden Martopuro yang terkenal sakti mampu meloloskan diri.

Sudah lazim kalau di antara bangsa selalu ada yang bertindak khianat. Belanda yang tidak mampu menangkap Raden Martopuro lalu menawarkan harta dan pangkat bagi siapa saja yang bisa menangkap Raden Martopuro. Tersebutlah seorang bernama Nurhandam yang merupakan saudara seperguruan Raden Martopuro, tergiur bujukan Belanda. Dengan ilmunya ia bisa menemukan Raden Martopuro yang mempunyai ilmu menghilang. Nurhandam kemudian membujuk Martopuro untuk menyerah dengan alasan bahwa ibu dan anak istrinya sudah ditawan Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun