Mohon tunggu...
Evan Prajongko
Evan Prajongko Mohon Tunggu... Admin Sales Support -

Pecinta dunia psikologi sosial dan budaya namun mencoba untuk menulis tanpa menggunakan bahasa akademik yang rumit. Sedang berjuang mengenai empat kesunyataan dan jalan mulia berunsur delapan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Alun-alun Ponorogo Bukan Taman Kota yang Boleh Direnovasi Sembarangan

30 Agustus 2016   22:00 Diperbarui: 31 Agustus 2016   03:12 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alun-alun banyak juga ditulis dengan Aloen-aloen (ejaan lama) atau Aloon-aloon (ejaan Belanda). Alun-alun (menggunakan EYD) menurut Van Romondt (Haryoto, 1986:386) pada dasarnya merupakan halaman depan rumah dalam ukuran yang lebih besar. Alun-alun, bila merujuk pada sejarah terbentuknya di keraton Mataraman (kemudian Yogyakarta dan Surakarta) merupakan tempat gladi yudha (berlatih perang) bagi prajurit kerajaan, penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah raja kepada rakyat, pusat perdagangan rakyat, juga hiburan.

Alun-alun Ponorogo, kerap dipandang jelek, sepi, dan tidak asri bagi beberapa pengunjung. Hal ini dikarenakan pandangan orang-orang yang merujuk kepada Alun-alun di daerah lain seperti di Malang, Bandung, Madiun, dan Alun-alun lain yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai taman kota. Alun-alun Ponorogo, dibuat merujuk kepada tata letak Alun-alun Yogyakarta dan Surakarta, serta memiliki berbagai makna simbolis.

Alun-alun Ponorogo, pada bagian utara terdapat sebuah bangunan besar berbentuk atap Joglo Sinom yang disebut Paseban. Berasal dari kata “seba” yaitu “menghadap”, paseban sering disebut sebagai balai penghadapan, yang dipergunakan untuk menghadap raja, pejabat, dan lain-lain.

Di kanan dan kiri paseban terdapat bangunan bale atau balai yang ukurannya lebih kecil yang dipergunakan untuk tempat meneduh para penjaga dan rakyat menunggu. Paseban merupakan sarana komunikasi antara raja dengan rakyatnya.

Nagarakertagama menyebutkan tentang adanya beberapa bangunan paseban di istana Majapahit. Paseban dibangun khusus untuk melakukan dialog antara bawahan dan atasan atau antara raja dengan rakyatnya.

Saat ini Paseban Ponorogo difungsikan sebagai tempat Inspektur upacara dan pejabat pemerintah pada saat upacara bendera yang dilaksanakan di Alun-alun Ponorogo, juga tempat diadakan pagelaran Wayang Kulit. Paseban saat ini identik sebagai tempat khusus tamu VIP, sedangkan balai di kanan dan kiri biasa digunakan untuk tempat tamu-tamu lainnya.

57c615ca24a9d522688b4568.jpeg
57c615ca24a9d522688b4568.jpeg
Paseban Agung dan Balai di kanan kirinya

Terdapat pohon brahmastana atau pohon beringin berpasangan di Alun-alun yang melambangkan sebagai kehidupan.

Setiap pojok Alun-alun, terdapat masing-masing patung singa. Patung singa ini merupakan warisan pembangunan pada masa Bupati Markum Singodimedjo. Beliau adalah penguasa Ponorogo kelahiran Malang. Beliau mengatakan bahwa singa merupakan lambang kekuatan, sehingga dipasang di setiap pojok alun-alun, walaupun ada juga yang menyebut bahwa itu hanya pelanggengan atas nama beliau yang mengandung unsur kata “Singo” yang berarti “Singa”.

Bagian selatan Alun-alun dibangun Panggung Utama sebagai tempat dilaksanakan agenda agenda besar seperti pentas musik, dan yang utama adalah pagelaran Tari Reyog Ponorogo yang diselenggarakan secara rutin setiap malam bulan purnama, perayaan ulang tahun kabupaten Ponorogo yang diperingati pada 11 Agustus dengan pelaksanaan Festival Reyog Mini, serta pada satu minggu sebelum tahun baru kalender Islam dengan acara Festival Reyog Nasional (sejak tahun 2016 berganti menjadi Festival Nasional Reyog Ponorogo).

57c615d024a9d522688b4569.jpeg
57c615d024a9d522688b4569.jpeg
Panggung Utama Ponorogo

Sebelah utara Alun-alun Ponorogo adalah kompleks Pendopo (Pendhapa) Agung Kabupaten Ponorogo sebagai pemerintah. Sebelah timur Alun-alun Ponorogo adalah kantor DPRD Kabupaten Ponorogo serta beberapa ruko, dan Masjid Agung Ponorogo yang dibangun oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro pada tahun 1858 (teamtouring.net). Peletakan Masjid di sisi Alun-alun tak lepas dari fungsi Alun-alun sebagai lapangan yang luas, sehingga bila masjid tidak bisa menampung jama’ah dapat diteruskan hingga ke Alun-alun.

57c615d924a9d522688b456a.jpeg
57c615d924a9d522688b456a.jpeg
Pendopo Agung Kabupaten Ponorogo di sisi utara Alun-alun tidak berdiri begitu saja. Kawasan Pendopo Agung dijaga oleh tujuh ekor patung harimau dengan seorang pawang di belakangnya yang mengangkat pecut atau cemeti. Banyak yang menganggap bahwa patung tersebut adalah patung singa betina, namun keliru. Ponorogo yang berdiri lebih dari lima abad, dan berada di Pulau Jawa, secara geografis masyarakatnya tidak mengenal Singa, karena tidak ada singa yang berhabitat di Jawa (kecuali taman safari dan kebun binatang).

57c615e224a9d522688b456b.jpeg
57c615e224a9d522688b456b.jpeg
sekarang sudah berpagar, karena memang tidak boleh dinaiki.

Di kanan dan kiri patung harimau atau yang lebih enak disebut dengan macan, terdapat taman yang biasa disebut Blok M (M untuk kata Macan). Jalan masuk menuju Pendopo Agung terdapat di sebelah kiri taman Pendopo, bila kita menghadap ke arah Pendopo.

57c615ea24a9d522688b456c.jpeg
57c615ea24a9d522688b456c.jpeg
Patung Dewi Sanggalangit, yang juga dikisahkan dalam mitos sebagai putri dari kerajaan Kediri. Sosok yang hendak dilamar Prabu Klanasewandana dalam alur tari Reyog Ponorogo

Kemudian, di belakang patung macan, terdapat sebuah kolam luas yang di tengahnya terdapat patung Dewi Sanggalangit (read: Songgolangit), sebuah manifestasi dari penjaga alam (hampir mirip dengan si Atlas). Lalu di belakang kolam tersebut terdapat halaman rerumputan luas hingga kemudian terdapat dua patung singa penjaga di depan area dropzone Pendopo Agung.

57c615f224a9d522688b456d.jpeg
57c615f224a9d522688b456d.jpeg
Pendopo Agung biasa digunakan untuk acara-acara pemerintahan, lomba, pameran, dan lain sebagainya. Di belakang bangunan pendopo agung terdapat rumah dinas Bupati Ponorogo yang biasa disebut Pringgitan. Bila diperhatikan, dari Pringgitan hingga ke Panggung Utama adalah satu garis lurus.

Di kanan dan kiri kompleks taman di depan Pendopo Agung, terdapat beberapa bangunan milik pemerintah seperti gedung Pemkab, gedung KORPRI, gedung serbaguna untuk umum Sasana Praja, gedung BAPEDA, gedung Kantor Bupati, dan juga beberapa arca peninggalan yang ditemukan di daerah Ponorogo.

Mengingat dari betapa besar makna dari Alun-alun dan bangunan yang ada di kompleks tersebut, maka renovasi yang dilakukan di Alun-alun Ponorogo dan sekitarnya tentu tidak boleh sembarangan apalagi hingga menghilangkan jejak sejarahnya. Hal yang menurut saya perlu dilakukan adalah justru menambah taman kota sebagai pusat keramaian lain di lokasi tertentu Ponorogo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun