Abbas menanggapi serangan yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel. Abbas menegaskan bahwa tindakan dan kebijakan Hamas tidak mewakili seluruh masyarakat Palestina. Sebagai gantinya, ia menyatakan bahwa program dan kebijakan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) adalah yang mewakili rakyat Palestina.
Beberapa waktu lalu, Presiden Palestina MahmoudAbbas menegaskan penolakannya terhadap kekerasan dan membela pembebasan warga sipil serta tahanan dari kedua pihak konflik. Dia juga menekankan komitmen terhadap legitimasi internasional, penandatanganan perjanjian, perlawanan damai rakyat, dan tindakan politik sebagai jalan untuk mencapai tujuan Palestina.
Dari ulasan singkat di atas, muncul pertanyaan menarik yaitu, mengapa Abbas tidak sejalan dengan Hamas? Untuk menjawab ini kita harus melihat terlebih dahulu dua gerakan nasional yang eksis di Palestina, yaitu Hamas dan Fatah.
Hamas
Hamas adalah organisasi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin Mesir dengan orientasi politik agamis yang radikal. Mereka memiliki pendekatan militan dan sering menggunakan kekerasan, termasuk serangan bom bunuh diri, untuk memperjuangkan tujuan mereka. Meskipun tujuannya adalah membebaskan Palestina dari pendudukan Israel, pendekatan kekerasan mereka telah menimbulkan penderitaan dan korban di antara penduduk sipil, termasuk di Israel dan wilayah Palestina. Hamas menolak mengakui Israel dan menentang Perjanjian Oslo, yang menghambat upaya perdamaian yang lebih luas. Pilihan untuk menggunakan kekerasan dan menarik diri dari upaya perdamaian merupakan aspek yang kontroversial dari pendekatan Hamas.
Fatah
Fatah adalah organisasi nasionalis sekuler yang didirikan dengan tujuan memerangi pendudukan Israel dan mencapai kemerdekaan Palestina melalui perang gerilya berintensitas rendah dan jalur diplomasi. Mereka mendukung solusi dua negara dan telah terlibat dalam perjanjian perdamaian, seperti Perjanjian Oslo, yang diakui oleh Israel. Pendekatan diplomatis Fatah telah mendapatkan pengakuan internasional, termasuk pengakuan dari sebagian besar negara. Meski demikian, berbagai kritik juga muncul terkait kebijakan dan tindakan Fatah, terutama terkait korupsi dan krisis politik internal yang telah mengguncang organisasi ini.
Penutup
Jadi kembali lagi ke pertanyaan "mengapa Abbas tidak sejalan dengan Hamas?", jawabannya jelas karena perbedaan pendekatan dan ideologi politik yang mendasar terkait konflik Israel-Palestina. Hamas menganut ideologi agamis yang radikal, menolak solusi dua negara, dan menggunakan kekerasan dalam upaya membebaskan Palestina. Di sisi lain, Abbas, yang mewakili Fatah dan Otoritas Palestina, mendukung negosiasi damai dengan Israel untuk mencapai solusi dua negara. Perbedaan mendasar ini menyebabkan Abbas menolak pendekatan Hamas yang lebih mengedepankan tindakan militan dan menolak keberadaan Israel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H