Mohon tunggu...
Evan Lauw
Evan Lauw Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjunjung Toleransi di Pondok Pesantren

28 November 2024   06:48 Diperbarui: 28 November 2024   06:52 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika saya harus menyebutkan satu nilai yang paling penting untuk dimiliki manusia, salah satu nilai yang akan pertama kali muncul di benak pikiran saya adalah toleransi. Teman-teman semua pasti sudah tidak asing lagi dengan kata toleransi. Seseorang yang bersifat toleran mampu menghargai perbedaan antar individu, mau itu perihal warna kulit, agama, ras, ataupun perbedaan-perbedaan lainnya. 

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tanpa toleransi, manusia tidak akan bertahan hidup. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu satu sama lain untuk hidup. Semua orang di dunia ini mempunyai peran mereka masing-masing dan terhubung dengan satu sama lain. 

Manusia tidak bisa mengandalkan hanya dirinya sendiri untuk bertahan hidup karena banyak sekali kebutuhan sehari-hari yang merupakan hasil kerjasama antar manusia. Sebagai contoh, untuk membeli suatu pakaian, diperlukan yang menghasilkan kapas, seseorang untuk mengolah kapas tersebut, dan diperlukan seseorang lagi untuk mendistribusikan pakaian tersebut kepada orang lain.

Toleransi mempunyai peran penting karena memampukan manusia untuk bekerja sama tanpa memandang perbedaan. Apabila manusia tidak bisa bertoleransi, maka kesejahteraan akan terancam, dan bisa saja perkembangan manusia terhambat karena tidak bisa bekerja sama dengan baik. Nilai toleransi ini terutama penting bagi Indonesia, yang merupakan negara dengan ratusan suku yang mempunyai khasnya masing-masing.

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke pesantren di Tasikmalaya sebagai bagian dari kegiatan tahunan sekolah. Di sana, saya berkenalan dengan santri-santri yang saya rasa mempunyai kehidupan jauh berbeda dengan saya. 

Sebagai sedikit latar belakang, saya merupakan orang katolik yang benar-benar "buta" terhadap dunia Islam. Banyak sekali hal-hal yang saya tidak ketahui tentang agama Islam, karena keseharian dan rutinitas saya yang tidak menyinggung agama Islam sama sekali. Selama 3 hari, saya mendapat kesempatan untuk berdinamika bersama para santri, dan bermain bersama. 

Hari pertama diawali dengan perjalanan ke pesantren. Saya menghabiskan waktu sekitar 5 sampai 6 jam di perjalanan dari Jakarta ke Tasikmalaya. Perjalanan ke sana lancar dengan sedikit kendala yang dialami oleh rombongan kami. Sekitar jam 1, kami berhasil mencapai pesantren yang terletak di dekat dasar Gunung Galunggung, Tasikmalaya. Tidak lama setelah sampai, saya dan teman-teman saya langsung disambut oleh para santri. 

Kami melakukan perkenalan, lalu mengikuti acara pembukaan. Selesai pembukaan, kami langsung diajak main bola oleh para santri di sana. Kami juga diajak berbicara oleh para santri terkait berbagai macam hal. Dari sini, saya dapat lebih mengenal kegiatan sehari-hari mereka dan detail kehidupan mereka. 

Saya yang awalnya malu-malu, akhirnya menjadi lebih terbuka karena keramahan dan kehangatan yang diberikan oleh para santri. Tidak terasa bahwa hari sudah menjelang malam.  Sebelum menutup hari, terdapat sesi diskusi antara saya dan teman-teman saya bersama para santri. Kami bergiliran menanyai berbagai pertanyaan, mulai dari rutinitas kehidupan sehari-hari, kegiatan sekolah/pesantren, dan sampai pertanyaan-pertanyaan terkait agama.

Pada hari kedua, kami semua pergi ke kawah Gunung Galunggung untuk bermain bersama, atau yang biasa disebut sebagai bonding. Kami menghabiskan waktu sekitar 15 sampai 30 menit naik truk menuju kawah Gunung Galunggung lalu bermain disana. Sayangnya, air kawah sedang rendah sehingga kami tidak bisa berendam di kawah. Kami akhirnya berendam di kolam yang terletak di dekat pintu masuk kawah. 

Pengalaman saya di sana sungguh menarik dan menyenangkan. Suatu memori yang saya rasa akan susah dilupakan pada tahun-tahun mendatang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun