Suatu pemimpin yang baik bukan hanya seseorang yang bisa memimpin dan mengatur orang lain tetapi juga dirinya sendiri. Seorang pemimpin seharusnya menjadi sosok panutan dan pedoman bagi pengikutnya. Apakah bisa seorang pemimpin mengatur orang lain dengan baik apabila dia tidak menjadi sosok yang dihormati oleh orang lain? Oleh karena itu, pemimpin yang baik seharus memegang nilai-nilai hidup yang baik, seperti kemampuan untuk mengatur waktunya, bersifat tegas, dan bertanggung jawab.
Membangun seseorang menjadi sosok pemimpin ideal memakan waktu yang sangat lama. Orang tersebut harus memiliki pengalaman-pengalaman kepemimpinan terlebih dahulu serta telah melalui berbagai rintangan yang membangun kepribadiannya. Oleh karena itu, ada baiknya apabila nilai-nilai kepemimpinan telah ditanam dan dibangun sejak masa kecil sehingga nilai-nilai tersebut bisa bertumbuh seiring waktu dengan pertumbuhan anak, suatu hal yang telah sejak dahulu dilakukan oleh sekolah Kolese Kanisius.
Kolese Kanisius, dengan mottonya "A Home Where Discerning Leaders Are Formed" adalah  sekolah yang bertujuan untuk membangun murid-murid menjadi pemimpin yang hebat melalui proses formasi yang dilalui di sekolah. Murid-murid disana dituntut bukan hanya untuk berkembang dalam segi akademik, tetapi dalam segi kepribadian juga. Murid-murid disana diajarkan tidak hanya pelajaran akademik, tetapi nilai-nilai hidup juga, seperti berempati pada sesama, rasa sayang terhadap alam, dan pentingnya kepemimpinan sebagai tindakan pelayanan kepada Tuhan serta sesama manusia.Â
Sebagai salah satu murid di sekolah ini, banyak sekali formasi pendidikan dan kegiatan yang telah mengubah saya menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang telah membuat saya bertumbuh menjadi seorang manusia yang lebih baik hari demi hari. Dari seluruh kegiatan sekolah, salah satu yang paling mengesankan bagi saya adalah acara Live-in yang saya alami pada kelas 11.
Live-in ini merupakan suatu rangkaian acara yang bertujuan untuk memperkenalkan siswa-siswa terhadap alam dan gaya hidup kesederhanaan dalam desa. Pada acara ini, kami pergi dari Jakarta ke Jawa Tengah, secara khusus di Wonosobo. Disana, kami tinggal bersama penduduk setempat dan mengalami kehidupan pedesaan sehari-hari. Kebetulan, saya mendapatkan orangtua asuh yang bekerja sebagai petani sehingga saya dapat mengalami bekerja sebagai petani selama kurang lebih seminggu. Selama satu minggu Live-in, saya bersama teman-teman serumah saya menemani orangtua asuh dalam melakukan pekerjaan petani sehari-hari, seperti mencabut tanaman hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman panen. Dari pengalaman tersebut, saya dapat mengembangkan berbagai kemampuan baru yang menurut saya cukup sulit dikembangkan di perkotaan. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanaman.
Oleh karena Live-in ini, saya menjadi lebih sadar dengan kondisi kehidupan di desa yang seadanya. Di perkotaan, semuanya sudah serba ada, segala tipe makanan dan minuman dapat dengan mudah diperoleh, sangat berbeda dengan realita yang ada di desa dimana tidak segala hal tersedia dan kita harus hidup seadanya. Saya sebagai anak kota tidak pernah sadar betapa susahnya menghasilkan makanan, karena semuanya sudah ada dan hanya perlu dibeli. Saya jarang sekali memikirkan jerih payah para petani dalam menghasilkan makanan tersebut. Setelah merasakan pekerjaan petani, saya dapat bertumbuh menjadi seseorang yang lebih bersyukur terhadap segala hal yang saya miliki dan dapat lebih mengapresiasi mereka yang hidup dalam pedesaan.
Perbedaan kehidupan di desa dan kehidupan di kota seakan-akan seperti di dua dunia yang berbeda. Kehidupan di kota sangatlah mewah dan semua hal serba ada, tetapi kehidupan di kota terasa sangat cepat dan banyak sekali sumber stres serta burn out yang melanda di kehidupan perkotaan. Berbeda dengan perkotaan, kehidupan di desa sangatlah sederhana, tetapi tempo kehidupan disana terasa sangat lama serta sangat tenang. Sedikit sekali stres yang saya alami di pedesaan karena gaya hidup penduduk yang seadanya. Saya merasa sedikit sedih saat waktunya pulang dan melanjutkan hidup seperti biasa lagi.
Banyak sekali hal yang saya dapat alami dan pelajari dari kesempatan Live-in sekolah. Akhir kata, sekolah merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam kehidupan setiap orang. Oleh karena itu, sekolah hendaknya tidak hanya mengajarkan siswa-siswanya pelajaran akademis, tetapi berbagai pelajaran-pelajaran terkait nilai hidup juga sehingga generasi muda yang juga merupakan penerus bangsa dapat bertumbuh menjadi orang-orang yang lebih baik lagi dan di masa depan dapat berpotensi menjadi seorang pemimpin yang hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H