Kritik Film Evangeline Keisha Christine
Inside Out/Pixar Animation/96 menit/Bioskop
Sebagai seorang remaja yang menonton Inside Out 2, film ini bisa terasa begitu relevan. Film ini merupakan sekuel lanjutan dari film Inside Out, yang menggambarkan dunia emosi dari sudut pandang Riley, seorang gadis remaja yang juga mungkin mencerminkan perjalanan kita dalam memahami diri sendiri.
Sekuel kedua ini menghadirkan beberapa karakter emosi baru, yaitu Anxiety (Kecemasan), Boredom (Bosan), Envy (Iri hati), dan Embarrasment (Malu). Walaupun terdapat banyak karakter baru di sekuel ini, karakter lama di sekuel pertama tetap ada, yaitu Joy (Riang), Sadness (Sedih), Disgust (Jijik), Fear (Ketakutan), dan Anger (Kemarahan).
Karakter Riley dalam film Inside Out 2 sangat relevan dengan remaja saat ini. Ketika ia harus pindah sekolah, menghadapi pertemanan yang baru, beradaptasi dengan lingkungan yang baru, ditambah lagi perasaan campur aduk Riley bersamaan dengan kabar teman-temannya yang akan pindah sekolah.
Dunia remaja saat ini juga tak kalah banyak tantangannya, seperti tekanan dari media sosial, ekspektasi akademis, ekspektasi orang tua, dan pencarian identitas diri yang membuat perasaan mereka kadang sulit dipahami. Apalagi, di masa remaja kita seringkali masih merasakan emosi yang sangat intens tetapi tidak stabil karena pengaruh lingkungan dan perubahan di sekitar kita.
Setelah memahami bagaimana emosi-emosi dalam diri Riley bekerja, Inside Out membawa kita lebih jauh dengan menunjukkan apa yang akan terjadi jika satu emosi seperti Joy mencoba untuk mendominasi perasaan lainnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa seringkali kita memaksakan diri untuk terlihat bahagia meski keadaan sebenarnya menuntut kita untuk meluapkan emosi lain, seperti takut, marah, bahkan sedih. Sama seperti Riley, kita selalu merasa bahwa kita harus menampilkan sisi yang “positif” di depan umum.
Nyatanya, film ini secara terang-terangan menunjukkan bahwa semua perasaan dan emosi yang ada di dalam diri kita itu valid dan justru ini menjadi langkah penting untuk menerima perubahan dalam diri sendiri. Menerima setiap emosi di dalam diri kita adalah kunci untuk mencapai keseimbangan dan ketenangan batin yang sangat relevan dalam kehidupan remaja masa kini.
Dalam film ini diperlihatkan juga usaha Joy yang ingin menghapus memori-memori buruk dalam keseharian Riley untuk mempertahankan jati diri Riley yang sempurna sebagai anak yang baik, dilanjutkan Anxiety yang berusaha membuat jati diri baru Riley yang diharuskan sempurna dalam melakukan apapun, khususnya dalam permainan yang diminatinya, hockey.