Teks tersebut berisi bahwa Gus Dur merupakan sosok pemimpin negara yang seringkali memberikan guyonan-guyonan dan lelucon yang mengundang gelak tawa. Bahkan di pertemuan yang resmi pun, atau saat berpidato. Memang pemimpin negara yang seperti itu jarang sekali ada, saya rasa baru hanya dia di Indonesia. Kebanyakan pemimpin lain lebih sering serius, terutama pidato dan pertemuan resmi, namun, tetap pernah memberi sedikit guyonan dan lelucon ketika tidak di saat berpidato serius atau pertemuan resmi.
Bila dipertanyakan kembali mengenai sebagai teks anekdot, teks tersebut juga saya rasa sudah sesuai. Teks anekdot sendiri adalah teks yang bertujuan untuk mengkritik, tetapi dalam bentuk lelucon sehingga mengundang gelak tawa pula. Teks anekdot tidak hanya menyajikan suatu cerita, peristiwa atau obrolan dari beberapa orang, teks ini juga mengandung hal-hal yang ingin disampaikan oleh penulis, serta penulis juga ingin menghibur para pembaca. Oleh karena itu teks anekdot erat dengan dua hal penting yaitu guyonan dan juga kritikan.
Pada suatu hari terdapat dua remaja laki-laki. Satunya bernama Toni, dan satunya bernama Bejo. Mereka berdua ingin terlihat maskulin dan keren. Lalu mereka berdua pun terpikir akan suatu hal.
Toni: “Jo, lu mau ngegym ga bareng gw?”
Bejo: “Hah ngegym? Ngapain ribet-ribet ngegym, udah di rumah aja. Gw juga kepikiran buat besarin otot sih akhir-akhir ini, biar keliatan keren gitu.”
Toni: “Yah, gw juga mau keliatan keren gitu ngegym. Yaudah deh kita lomba aja siapa yang duluan kebentuk badannya gimana?”
Bejo: “Boleh.”
3 bulan kemudian…
Bejo: “Lah ton, lu ngapain aja 6 bulan di gym, perasaan gw liat di story lu ngegym terus.”
Toni: “Yaelah kan biar keren-kerenan doang, bisa mancing cewe gitu biar makin ngelirik kita.”
Bejo: “Ah lu mah emang ga serius buat ngebentuk badan, emang maunya keren di depan cewek doang. Liat nih badan gw udah lumayan.”
Toni: “Hehehe… Iya deh emang lu terniat.”
Dari teks anekdot di atas, kita dapat melihat ada unsur-unsur penting yang pasti ada di semua teks anekdot, dicantumkan di dalam teks anekdot di atas. Yaitu mengandung lelucon yang mengundang gelak tawa, serta mengandung kritikan. Leluconnya adalah Toni gagal dalam membentuk badannya padahal dia mengikuti gym, namun Bejo berhasil tanpa mengikuti gym. Dan juga ini untuk mengkritik orang-orang yang suka pamer akan progres dalam melakukan sesuatu, namun sebenarnya dia hanya mencari perhatian dan hasil dari progresnya hampir tidak ada, atau tidak serius dalam menjalani sesuatu dan hanya mencari perhatian saja.
Fungsi dominan dalam teks anekdot sendiri ialah teks anekdot dapat mengundang gelak tawa bagi para pembaca, serta menghibur para pembaca. Karena di dalamnya terdapat lelucon-lelucon yang biasanya mudah dipahami, namun juga disampaikan kritikan oleh penulis di teks anekdot. Kritikan tersebut biasanya dibuat untuk kepada tokoh-tokoh besar. Kritiknya bisa karena pelanggaran hukum, pelanggaran aturan, politik, dan lain sebagainya.
Peristiwa yang terjadi di sekitar seperti kasus-kasus korupsi, penyuapan, dan lain sebagainya yang sejenis. Hal tersebut sering dikritik dan tidak sedikit yang membuat teks anekdot dari peristiwa tersebut. Dan juga beragam tujuannya, misalnya penyuapan untuk pembuatan SIM, untuk mendapat jabatan, korupsi untuk mendapat kekayaan yang lebih lagi, dan lain sebagainya. Dan untuk teks anekdot mengenai Gus Dur, dapat dikaitkan dengan masalah keterampilan bahasa. Bahkan tidak semua orang yang beragama Muslim terampil dalam bahasa Arab.
Dari berbagai analisis dan perbandingan antara aspek-aspek teks anekdot, pengertiannya, contoh lain, dan juga hubungannya antara apa yang terjadi di sekitar kita, saya pun mendapat sebuah kesimpulan mengenai teks anekdot yang telah diberikan. Yaitu adalah teks anekdot mengenai Gus Dur sudah cukup sesuai dengan teks anekdot pada umumnya.
Teks tersebut memuat dua bagian penting yang harus ada di teks anekdot yaitu guyonan atau lelucon, dan juga kritikan. “Teks anekdot tersebut membuat lelucon dari diskusi berbahasa Arab, bahkan hingga dikira para intel bahwa mereka sedang saling berdoa,” dan juga mengkritik para intel yang keterampilan berbahasanya kurang, bahkan intel tersebut sudah diketahui sebelum diskusi benar-benar dimulai. Saran saya ialah memperjelas kritikannya, serta leluconnya supaya lebih mudah dipahami oleh pembaca.