Mohon tunggu...
Joseph Evan Desrin
Joseph Evan Desrin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Dari Bekasi ke Merto untuk Dunia

Baca, Nulis, Upload

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit yang Runtuh

4 April 2022   11:49 Diperbarui: 4 April 2022   12:05 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hahh…..” Ia menghela nafas panjang, “Ya sudah tapi tepati janji anda dan mulailah mencicil bulan depan, jika tidak rasakan akibatnya” katanya mengancam seraya mengkomando anak buahnya untuk mundur dan Ia pamit tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Aku menghela nafas panjang sambil menutup pintu. Aku melihat Ibu yang masih tertunduk di ruang tengah, mendengar semua percakapanku dengan preman-preman itu.

“Memang benar kata tetangga” Ibuku memulai pembicaraan setelah hening sesaat “Ia main wanita dan berjudi ketika di Singapura.” Aku semakin tak bisa berkata-kata, berusaha menyambungkan rangkaian peristiwa yang baru saja terjadi kurang dari 1 jam ini. Langit runtuh seolah tak mengenal waktu.

Keesokan harinya saat matahari masih belum menampakan dirinya dengan sempurna, Aku mendengar suara ketukan pada dinding kamarku yang bersebelahan dengan kamar Ibu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengetuk kamarku yang ada di sebelah kamarnya. Aku bergegas masuk dan mendapati Ibu yang terbujur kaku di kasurnya yang berukuran king size itu. aku segera menelpon Rumah Sakit dan mengatakan Ibu tidak bisa beranjak dan ini darurat. Lalu, pada ujung telepon mengatakan dengan ramah akan mengirimkan satu unit ambulan yang akan segera datang dalam waktu 10 menit. 

Aku berusaha menenangkan diri dan menenangkan Ibu yang panik. Sepuluh menit terasa seperti berhari-hari. Suara sirine memecah keheningan kami, aku langsung menyerbu keluar dan mengantar petugas itu ke kamar untuk membawa Ibu. Ambulan melesat cepat ke rumah sakit menembus kemacetan Ibukota dengan tenangnya. 

Sesampainya disana, aku langsung melesat masuk ke IGD, disana rangkaian alat canggih sudah menunggu. Aku diminta keluar dulu sesaat dan akan diberi tahu hasilnya jika sudah. Aku mengangguk patuh dan mengeluarkan ponselku untuk izin cuti karena kasus darurat. Untungnya bosku bisa perhatian dan mengabulkan permohonanku yang tiba-tiba itu. 

Tak terasa satu jam sudah berlalu dari masuknya Ibu kedalam IGD. Dokter pun keluar membawa setumpuk kertas pada papan, dirinya menghampiri aku dan memandangku dengan rasa iba.

“Dengan nyonya Indah?” tanyanya ramah.

“Iya? Ibu kenapa ya Dok?” jawabku segera .

“Ibu anda sekarang sedang kritis, dia terkena stroke karena stress yang besar, dirinya harus menginap disini sekitar beberapa hari lagi.” jawab sang dokter dengan tenang

Diriku seperti tersambar petir di siang bolong. “Menginap beberapa hari disini berarti semakin banyak uang yang harus dikeluarkan, bagaimana caraku mendapatkan uang itu?” pikirku. Sekarang gajiku hanya sisa beberapa ratus ribu karena membayar cicilan hutang ayah yang sangat besar itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun