Mohon tunggu...
Evana charissa shafa
Evana charissa shafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - anak uin malang

cewek yang biasa biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sekutip Cerita Ibuku

22 Desember 2022   17:53 Diperbarui: 22 Desember 2022   18:07 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini, ibuku

Paras cantik, kulit putih, tinggi semampai, itulah bidadari jelmaan dari Allah yang berhasil memikat lelaki rantau yang kini kupanggil Ayah. Tepat pertengahan april 2022 wanita cantik itu genap usia 40 tahun dimana usia tersebut dinilai sebagai usia kematangan individu diberbagai bidang. Ya benar sekali wanita cantik kerap ku sapa "ibu" menjadi sosok panutan yang tentunya patut dicontoh oleh ke 3 anaknya dari segi cara bicaranya hingga tingkah lakunya memang benar adanya ungkapan bahwa ibu adalah madrasah pertama anak karena seorang ibu harus mempunyai karakter baik hingga disebut "ibu ideal" seperti rajin, jujur, amanah, tanggung jawab dan lainnya.

Tak terasa sudah 19 tahun menjadi wanita hebat yang mendidik juga merawatku, bukan hal yang mudah untuk mempertahankan hidupku juga kedua adikku sosok ibu berperan penting dalam pondasi rumah untuk menyongsong kehidupan selanjutnya. Rela berkorban bekerja sampai larut malam demi sesuap nasi dengan semangat tenaga mengayuh mesin jahit butut guna menyambung benang agar bersatu padu menjadi baju yang siap pakai. 

Berbicara mengenai pekerjaan ibu itulah deskripsi singkat pekerjaan ibuku, disamping mengurus rumah tangga ibu mempunyai kemampuan menjahit baju, kemeja, rok,dan lainnya kemampuan dasar yang dimiliki ibuku berawal dari menjahit tali sandal usaha milik pamannya pada saat ibuku mengenyam bangku smp hingga sma "hitung-hitung upah hasil menjahit tali sandal bisa dibelikan jajan dan uang saku tambahan sekolah" kata ibu saat bercerita pada anaknya.

Berbekal pengalaman menjahit tali sandal tak memutuskan semangat ibuku untuk berkembang lebih pesat, beliau memutuskan untuk mencoba hal yang baru yaitu menjahit pakaian, memang rata-rata sanak saudara dari garis ibu mempunyai kecondongan persamaan kemampuan dibidang menjahit hal ini yang membuat suatu ciri khas dari keluargaku. Hari ke hari akhirnya kemampuan ibuku menuai hasil yang baik terlihat semakin banyak orderan dari beberapa warga kampung yang merasa cocok dengan hasil jahitan ibuku hal ini juga berkat ketekunan ibu pada saat les / bimbingan menjahit pada salah satu guru di kampung sebelah.

Akan tetapi, disetiap perjalanan pasti banyak tantangan yang perlu dihadapi mulai dari complain sebagaian orang karena merasa pakaian yang dijaitnya belum lekas selesai dan hanya janji palsu saja yang terucap oleh mulut ibu. Persoalan seperti ini kadang membuatku geram sebab bukan sekedar pekerjaan menjahit saja yang digeluti oleh ibu melainkan pekerjaan rumah tangga yang dibebankan dipundaknya harus diselesaikan secara bersamaan. 

Terkadang ada satu momen yang sedikit membuatku berpikir keras betapa kuat dan teguhnya pada saat bulan Ramadhan mendekati Idul Fitri karena ibu bisa saja lembur dari pagi bertemu pagi tanpa dibarengi tidur yang cukup hanya untuk mengejar deadline agar semua pesanan pakaian untuk hari yang fitri dapat terselesaikan, mungkin faktor bekerja sendirian tanpa ada pegawai membuat terbengkalai segala urusan. 

Hal itu tak menyurutkan semangatnya dengan belajar dari berbagai permasalahan sedikit demi sedikit ibu membenahi segala problem yang ada mulai dari mengganti mesin jahit butut dengan mesin jahit elektrik yang mempunyai kecepatan lebih dibandingkan mesin yang dulu, lalu beliau akhirnya merekrut orang agar bisa membantunya dikala orderan yang kian menumpuk, dan hal yang tak kalah penting yaitu memberikan perawatan skincare yang cocok agar kondisi wajah dan tubuh ibu bekerja secara maximal.

Hikmah yang dapat dipetik dari sepenggal kisah diatas yaitu walaupun ibuku tidak mempunyai gelar yang mencereng dibelakang namanya tetapi ia berhasil mendidik dan merawat anak-anaknya dengan benar, tetapi bukan berarti kita mensekte jejak masa lalu ibu dengan tidak berpendidikan sampai perguruan tinggi tetapi jika kita diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sebaiknya kita dapat mengambil porsi yang pas untuk bekal kelak sebab banyak jalan menuju kesuksesan untuk itu sangat penting bagi kaum hawa mempunyai potensi keterampilan diri agar bisa menunjang martabat sebagai wanita agar tidak disepelekan bahkan direndahkan begitu saja. Sekian semoga bermanfaat   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun