Mohon tunggu...
Reny Revariah
Reny Revariah Mohon Tunggu... -

young architect

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pedestrianisasi

8 September 2012   05:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:46 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap hari keluar untuk melakukan aktivitas di luar rumah sungguh menjadi rutinitas yang membuat mood pagi hari yang baik menjadi buruk. Pasalnya kepadatan lalu lintas yang semakin mejadi hari demi hari dengan bertambahnya jumlah pengguna kendaraan bermotor ini bikin kepala ber-uap.

Keadaan lalu lintas ini diperparah dengan penggunaan mobil sebesar sebut saja CR*V yang hanya ditumpangi 1 orang, ckck. Sukur juga sih bukan bis muat 40 orang keliling kota cuma ditumpangi 1 orang yaitu supir. Belum cuma itu, udah macet, polusi, pengendara semena-mena, jelas saja ini memancing emosi pengguna jalan yang lain.

Segala permasalahan ini bisa dikurangi dengan salah satu sistem yaitu  'berjalan kaki', ada sanggahan?

Banjarmasin saya rasa tidak hanya kota seribu sungai tapi juga kota yang minim trotoar. Apalagi orang disini gengsinya tingkat tinggi, kalian jalan ke sekolah itu malu nya ga ketulungan.  Disini segala macam mobil mewah, orang belum di iklankan  mereka udah punya 1 di rumah maklum banyak pengusaha tambangnya. Ditambah lagi seperti yang disebut di atas, MINIM TROTOAR.

Bukannya ga cinta Banjarmasin sih trus jelek-jelekin kota sendiri, tapi ada baiknya juga punya trotoar buat jalan kaki. Ada sih trotoar, ya itu tapi sempit, ga ada peneduhnya, dipakai jualan lg ckck. Padahal dengan jalan kaki itu kan bisa ngehemat pengeluaran. Iri juga kadang dengan kota-kota di luar negeri, mereka macetnya di jalur pejalan kaki, bukan dijalan raya ya?

Karena itu, penataan kota yang bagus yang memudahkan warganya untuk berjalan kaki baik dari segi fasilitas maupun jarak tempuh bisa dijadikan poin untuk dibenahi, coba deh bayangin jalan kaki siang-siang dibawah pepohonan rindang di trotoar yang lebar, kemudian pada jarak sekian ada kursi kayu dengan bunga-bunga disampingnya, ada barrier tanaman untuk menghalau polusi, ada siraman-siraman air pada waktu-waktu tertentu, ada orang jualan cendol di persimpangan sebelah sana, siapa yang ga mau jalan kaki? siapa?

Tapi semua itu harus ada kerjasama antara semua yang terlibat. Gimana pedestrianisasi bisa sukses kalo orangnya pada gengsi semua. Berarti kedepannya gimana caranya biar jalan kaki itu lebih eksklusif daripada naik kendaraan bermotor. Kalo orang jalan kaki di cap sebagai orang miskin, ya ga bakal ada perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun