Mendengar istilah Behaviorisme memang terdengar asing di telinga masyarakat awam. Namun jangan salah, ternyata istilah ini sangat melekat pada keseharian yang kita alami tentunya.Â
Istilah Behaviorisme sendiri sebenarnya merupakan istilah bagi orang-orang yang bergerak dalam bidang pendidikan. Untuk menjadi sosok yang expert dalam dunia pendidikan, tentunya para calon pendidik harus mengetahui teori-teori belajar. Nah, salah satu teori belajar yang paling tua namun paling terkenal adalah Teori Behaviorisme.Â
Teori Behaviorisme pertama kali dicetuskan oleh Ivan Pavlov dan B.F Skinner. Inti dari teori behaviorisme ini adalah tentang STIMULUS - RESPON.Â
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yangdapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukummekanistik.Â
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupuneksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dankecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).Â
Merujuk pada teori behaviorisme ini, seorang dikatakan telah belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku akibat adanya stimulan. Stimulan disini merupakan input, yang kemudian menghasilkan output yaitu respon. Model ini dikenal dengan Classical Conditioning. Pada Classical conditioning ini, perilaku yang dihasilkan merupakan perilaku refleks dari subyek itu sendiri. Â
Selain classical conditioning, teori behaviorisme lainnya adalah operant conditioning yang diprakarsai oleh Skinner. Dalam operant conditioning dikenal 3 istilah, yaitu :
- Positive reinforcement :Â penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding)
- Negative reinforcement  : penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).
- Punishment dan extinction, dimana keduanya merupakn stimulus yang diperoleh dari lingkungan untuk mencegah kemungkinan suatu perilaku diulang. Dengan kata lain, melalui punishment atau extinction ini memberikan sesuatu yang bikin "kapok"  sehingga sang pelaku tidak akan mengulangi perilaku yang sama. Contoh : ketika terlambat membayar tagihan kartu kredit maka hukumannya adalah dikenakan denda atau kartu tersebut tidak bisa kita gunakan. Denda disini merupakan stimulus negatif yang tidak menyenangkan, sedngkan denda kartu tidak dapat digunakan adalah untuk menghikangkan stimulus yang tidak menyenangkan. Kita adalah manusia, dan sebagai mahluk hidup dihukum dan dipuji adalah suatu hal yang wajar. Di sisi lain, dengan adanya respon juga akan membantu kita dalam membentuk perilaku yang sebagaimana mestinya.
Dalam teori behaviorisme pun juga dikenal istilah Continous Reinforcement dan Partial Reinforcement. Continous Reinforcement mengandung arti bahwa perilaku berulang diperkuat. penguatan selalu muncul setelah perilaku sehingga terdapat dua kemungkinan yaitu tingkat respon menjadi lembat sehingga susah untuk dijadikan sebagai habituasi dan tingkat kepunahannya cepat. Di lain sisi, Partial Reinforcement terdiri atas empat aspek yaitu :
- Fixed ratio : maksudnya adalah penguatan diberikan setelah perilaku terjadi beberapa kali. Contoh, seorang sales rumah gagal menjual rumah pada hari ini. Â Namun mesti gagal, ia akan mencoba lagi besok hari.Â
- Variable ratio : perilaku mendapat penguatan secara tak terduga setelah beberapa kali percobaan.Fixed interval : penguatan bersifat konsisten. Contoh : dalam bermain gameseringkali kalah, namun suatu saat secara tiba-tiba menang. Karena penasaran, maka seorang individu akan terus bermain game tersebut.
- Fixed interval : penguatan diberikan setiap kali perilaku terjadi, tapi dengan interval waktu tertentu. Contoh : kita kerja setiap hari namun digaji sebulan sekali.
- Variable interval : penguatan diberikan namun waktunya random. Contoh, ketika kuliah tiba-tiba terdapat kuis dadakan. Apabila mahasiswa memperoleh nilai yang bagus maka akan menambah nilai. Karena kuis dadakan tersebut, maka setiap sebelum, perkuliahan dimulai mahasiswa akan bersiap dengan belajar.
Apabila diperhatikan secara seksama, teori behaviorisme ini tidak hanya melulu terjadi ketika pembelajaran di sekolah berlangsung. Berdasarkan berbagai contoh yang telah dipaparkan, ternyata teori behaviorisme sering terjadi dalam kehidupan kita, tanpa kita sadari. Namun, teori ini hanya untuk melihat perubahan perilaku yang dapat dilihat dan diukur, sehingga tidak bisa untuk menilai hal-hal yang tidak dapat dilihat seperti perasaan seseorang misalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H