Mohon tunggu...
I Human
I Human Mohon Tunggu... Psikolog - CEO of my self

I put a keen interest in psychology and also self development.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bukan Soal Kerja Keras Saja, Hustle Culture adalah Pilihan

20 April 2021   11:50 Diperbarui: 20 September 2023   10:22 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mental Health Counselor (https://www.superprof.co.id/)

Sudah kerja keras semaksimal mungkin, setiap hari sudah berusaha keras untuk mewujudkan impian atau bahkan bekerja keras demi karier. Namun, hasilnya tidak terlihat.

Akhirnya muncullah tolak ukur, banding membandingkan dengan orang lain yang menurut presepsi diri kita sendiri orang tersebut telah dititik kesuksesan. Hingga memicu rasa ketidaknyaman dalam diri sehingga memacu diri untuk bekerja lebih keras lagi melebihi batas maksimal diri sendiri, tidak perduli lagi dengan kondisi badan yang seharusnya sudah harus istirahat.

Familiar dengan kondisi ini? Atau kamu tengah mengalaminya? Kondisi ini tengah hangat dibicarakan akhir-akhir ini, kondisi ini disebut dengan Hustle Culture isu yang ramai diperbincangkan terutama dikalangan kaum muda yang kini sedang bekerja.

Hustle Culture sedang banyak sekali dibahas oleh CEO Startup, dimana kamu harus bekerja keras untuk meraih keberhasilan. Sehingga kebanyakan orang yang menganut Hustle Culture beranggapan semakin lama kamu bekerja maka akan semakin sukses biasanya hal tersebut di iringin dengan kepuasan atas kesuksesan dalam hal finansial.

Padahal kenyataannya dalam sebuah proses menuju kesuksesan itu tetap ada yang namanya faktor keberuntungan dan nilai spesial yang dimiliki segelintir orang.

Kesuksesan itu tidak hanya berbicara tentang kamu harus bekerja lebih keras sehingga mencapai nilai finansial tertentu, karena banyak sekali orang diluar sana yang berlomba-lomba dengan bekerja dibanyak tempat secara bersamaan, kerja hingga larut tapi mereka tidak mencapai hasil finansila yang mereka inginkan.

Disini kita bahas bukan untuk mengecilkan hati atau membandingkan apa yang telah dilakukan, tapi kamu paham bahwa "tidak masalah dengan menjadi dirimu yang sekarang karena makna kesuksesan tiap orang berbeda-beda".

Maka sebab itu, buat kamu yang mengidolakan budaya ini, pertimbangkan kembali jam kerja kamu per hari, dan jangan lupa untuk istirahat. Termotivasi untuk bekerja keras memang tidak salah, tapi jika dilakukan dengan berlebihan terus menerus akan menjadi toxic bagi dirimu. Terutama bagi kesehatanmu ingat, kamu juga perlu untuk istirahat. Meluangkan waktu dengan keluarga dan menjaga kesehatan fisik dan mental.

Sudah saatnya kamu meluangkan waktu buat diri sendiri agar tidak merasa tertekan karena pekerjaan yang begitu banyak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun