Mohon tunggu...
Eva Yurita
Eva Yurita Mohon Tunggu... -

bukan hanya aku,, tapi tentang kita... sekarang dan selamanya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Saat Semuanya Tak Lagi Indah"

22 April 2014   18:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah sekian lama menghilang, pelanggan butikku satu ini muncul lagi... tetap dengan pembawaannya yang kalem dan senyumnya yang lembut keibuan. umurnya mungkin sekitar 40 tahunan,  ini tidak terlalu cantik tapi dia manis dengan tutur kata yang halus dan selalu tersenyum, sifat keibuannya tampak dari sikap dan tutur katanya. Dari beberapa kali interaksi dan ngobrol tentang apapun saya bisa menarik kesimpulan ibu ini cukup menyenangkan.

‘Sudah lama ya saya tidak kesini” ucapnya langsung sambil tetap tersenyum manis

Lalu dia lanjut bercerita “ saya punya masalah mba,,, suami saya selingkuh” katanya lagi tanpa basa basi.

Saya sedikit kaget dengan kejujuran ibu ini, tanpa memberi kesempatan untuk saya bicara ibu ini langsung bercerita soal perselingkuhan suaminya..

“Suami saya ketahuan selingkuh sama perempuan lain mba, yang udah tua,lebih jelek dari saya, hitam dan gemuk, cuma perempuan itu lebih seksi dari saya, yang gilanya lagi perempuan itu selingkuhannya yang pernah ketahuan setahun lewat dan pada waktu itu suami saya berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, saya sih percaya aja mba” tuturnya masih dengan santai dan tetap tersenyum.

“Kenapa bisa begitu bu?” ucapku untuk sekedar memberi perhatian terhadap ceritanya

Saya terlalu percaya suami saya, dia keluar malam setiap malam pun saya tetap percaya dan tidak berfikiran macam2, sampai akhirnya saya diberi tau seseorang tentang perselingkuhan itu, suami saya masih mencoba berkelit dengan berbagai alasan ini itula, dan beberapa malam lewat saat suami saya sedang di rumah selingkuhannya, ada yang beritahu saya, langsung saya beraniin buat jemput suami saya di rumah selingkuhannya, baru suami saya ngaku mba, bahkan menurut pengakuan suami saya mereka sudah sampai berzina mba...” kali ini matanya sedikit berkaca-kaca tapi masih dengan tersenyum.

“Trus gimana?” aku mulai tertarik dengan kisahnya dan sedikit penasaran dengan kelanjutan ceritanya,

“Akhirnya sekarang aku larang suamiku untuk keluar malem lagi, kalaupun suamiku tetap mau keluar aku harus ikut dan anak tertuaku yang duduk di bangku SMP juga menyarankan agar aku selalu mengikuti kemana ayahnya pergi. Suatu waktu suamiku berkeras untuk keluar malam itu, aku bolehkan asal aku ikut, suamiku menolak dan melarang aku untuk ikut, aku bilang sama suamiku kalau aku Cuma ingin ikut dia kemanapun dia pergi, kalaupun dia mau pacaran silahkan aku tidak akan mengganggu tapi aku tetap mau ikut nemenin dia pacaran."

Tindakan ibu itu membuatku trenyuh, sebagai perempuan dia tidak mempunyai daya apapun menghadapi sikap suaminya, mungkin karena kebiasaan “nrimo” selama ini, kalaupun aku di posisi itu mungkin akan lain ceritanya ya tapi membayangkan nya pun aku tidak akan sanggup.

“Puncaknya semalam mba suami saya bilang mau nikahin selingkuhannya. Saya Cuma bisa nangis dan saya bilang ke suami, kalau ayah mau nikah lagi silahkan dan ibu mundur tapi sebelumnya coba ayah sholat dulu minta petunjuk sama ALLAH SWT apakah tindakan ayah itu benar, kalau itu sudah ayah lakukan dan ayah tetap dengan keputusan ayah itu, ibu dengan sukarela mundur... tapi anehnya suamiku tidak  mau mba, tidak mau sholat dan tidak mau ngelepasin aku.... intinya dia mau poligami, suamiku itu sekarang udah kayak orang bingung aja mba, suka melamun dan sholatpun tidak pernah lagi..”

Aku jadi sedikit emosi dengan tingkah suami si ibu tapi cuma kusimpan dalam hati, Aku Cuma  memberi masukan seperlunya, menguatkan hatinya dan menyabarkan, sedikit berbagi apa yang akan aku lakukan jika aku diposisi dia. Jujur aku sangat tersentuh melihat keadaannya yang masih berusaha tenang dan tetap tersenyum dalam menghadapi kemelut rumah tangganya, menatap ke dalam matanya yang sarat beban dengan kantung mata yang membengkak, kemungkinan karena banyak menangis, karena sudah tidak sanggup memendam semuanya akhirnya ibu itu bercerita kepadaku, bukan untuk meminta solusi tapi untuk sekedar menenangkan dan melepaskan beban perasaannya.

Dan kejadian seperti itu mungkin banyak terjadi dengan perempuan2 yang lain, dengan cerita dan kejadian yang berbeda.. memang terkadang tidak selalu perempuan yang diposisikan seperti itu ada juga justru sebaliknya kaum laki-laki yang mengalami cerita seperti itu  tapi itu cuma sebagian kecil dari sebagian besar yang dialami perempuan.

bukankah sebuah pernikahan itu ikatan suci yang disaksikan bukan Cuma oleh manusia tapi juga oleh sang pencipta, moment bahagia, mengharukan dan sakral, disitu ada kasih sayang, ada cinta, ada penerimaan akan kekurangan satu sama lain ada komitmen untuk saling jujur dan setia. Lantas jika pernikahan itu telah kehilangan warna dan rasa karena berjalannya waktu dan suasana yang tak sama seperti saat2 pertama, haruskah penghianatan menjadi sesuatu yang dilakukan dan dibenarkan, mulai dari kebohongan-kebohongan kecil hingga menjadi bom waktu yang membesar, tak adakah solusi lain untuk menahan diri atas semua godaan2 yang begitu menggoda karena diri sudah dikuasai nafsu dan kebiasaan - kebiasaan yang  tak baik, tak adakah perasaan yang tersisa untuk manisnya kebersamaan selama ini, semudah itukah menempatkan wanita lain sejajar posisinya bahkan lebih dengan isteri yang selama kurun waktu ini mendampingi dengan setia, merintis semuanya dari awal, melahirkan anak2 yang lucu, mensupport, dan menghabiskan seluruh waktunya untuk mengabdi kepadamu dan keluarga kecilnya. Jikapun mereka tak semenarik dulu kenapa tak kau habiskan uangmu unt memperbaikinya dan membuatnya menarik lagi bukan lantas menghambur-hamburkannya dengan perempuan lain, jika mereka tak muda lagi bukankah engkau juga tak lebih tua dari isterimu, jika karena alasan kau butuh teman curhat bukankah dia adalah teman curhat yang baik selama hampir sekian lama kebersamaan kalian, atau alasan pembenaran lainnya, entahlah...

Setiap rumah tangga selalu punya permasalahan sendiri dan Cuma mereka di dalamnya yang tau jelas apa permasalahan serta bagaimana solusi menghadapinya. Yang pasti bijaklah dalam bertindak, jangan cuma pakai nafsu tapi juga pergunakan akalmu untuk bisa berfikir jernih, pergunakan hatimu untuk bisa menilai mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan, dan pergunakan imanmu untuk bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk, yang  menjadi dosa besarmu  atau justru ibadah yang akan menjadi ladang amalmu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun