Mohon tunggu...
Eva Catur Herawati
Eva Catur Herawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jejak Kemanusiaan dalam Goresan Sastra

20 Juni 2024   21:04 Diperbarui: 20 Juni 2024   21:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sastra senantiasa menjadi cermin yang memantulkan realita kehidupan manusia dengan segala kompleksitasnya. Melalui karya-karya sastra, kita diajak untuk merenung, merenungi, dan menelaah kembali hakikat kemanusiaan yang terkadang terlupakan dalam kesibukan dunia modern. Dalam goresan kata-kata yang indah dan penuh makna, para sastrawan menghadirkan potret kemanusiaan yang begitu hidup dan menyentuh sanubari.

Jika kita membuka lembaran karya-karya klasik seperti "Romeo dan Juliet" karya Shakespeare atau novel "Sitti Nurbaya" karya Marah Rusli, kita akan menemukan benang merah yang merajut cerita-cerita tersebut -- yakni perjuangan manusia dalam menghadapi berbagai konflik dan tantangan hidup. Melalui tokoh-tokoh yang digambarkan, kita bisa merasakan pergulatan batiniah mereka, merasakan kegembiraan dan kedukaan yang mereka alami, serta menyaksikan bagaimana mereka berusaha untuk tetap tegar dan teguh memegang prinsip kemanusiaan.

Karya-karya sastra juga seringkali menjadi media untuk menyuarakan isu-isu sosial dan kemanusiaan yang ada di masyarakat. Novel "Jejak Langkah" karya Pramoedya Ananta Toer, misalnya, mengangkat tema perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan yang terjadi pada masa penjajahan. Puisi-puisi karya Chairil Anwar mengumandangkan semangat perjuangan dan kemanusiaan di tengah gejolak revolusi kemerdekaan Indonesia. Bahkan dalam karya-karya kontemporer seperti novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata, kita diajak untuk merenungi makna pendidikan dan mimpi-mimpi mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak bangsa.

Sastra tidak hanya sekedar kumpulan kata-kata indah, melainkan juga merupakan jendela yang membuka pandangan kita terhadap kemanusiaan itu sendiri. Melalui sastra, kita bisa memahami perjuangan, harapan, dan cita-cita luhur yang menjadi bagian dari eksistensi manusia. Sastra mengajak kita untuk merenungkan kembali nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, keadilan, toleransi, dan solidaritas, yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang seringkali mengikis nilai-nilai kemanusiaan, karya-karya sastra hadir sebagai oase yang menyegarkan jiwa. Melalui sastra, kita diingatkan kembali tentang betapa pentingnya menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur kemanusiaan, agar kehidupan ini tetap bermakna dan penuh dengan kebaikan.

Sastra adalah cermin yang memantulkan realita kehidupan manusia dengan segala kompleksitasnya. Dalam goresan kata-kata yang indah dan penuh makna, para sastrawan menghadirkan potret kemanusiaan yang begitu hidup dan menyentuh sanubari. Mari kita merenungi dan menelaah kembali hakikat kemanusiaan melalui karya-karya sastra, agar kita bisa terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun