Mohon tunggu...
Eva Anisa
Eva Anisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yg suka menulis dan membaca

Saya mahasiswa Ilmu pendidikan bahasa dan sastra. Saya memiliki pengalaman berorganisasi dan aktif dalam kegiatan diluar. Saya bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta dapat berkerja secara mandiri dan dalam tim.Saya memiliki kemampuan bersosialisasi dengan mudah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menelusuri Jejak Sejarah: Makna di Balik 1 Juni, Hari Lahir Pancasila

1 Juni 2024   06:28 Diperbarui: 1 Juni 2024   06:47 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menelusuri Jejak Sejarah: Menguak Makna di Balik 1 Juni, Hari Lahir Pancasila
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, tak jarang nilai-nilai luhur bangsa terkubur dalam kesibukan. Di tanggal 1 Juni, peringatan Hari Lahir Pancasila hadir bagaikan oase di padang pasir, mengingatkan kita tentang pondasi kokoh yang mempersatukan bangsa. Namun, di balik kemeriahannya, banyak yang masih belum memahami makna di balik penetapan tanggal tersebut. Mari kita telusuri jejak sejarah, menguak makna di balik 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.

Pada tanggal 29 Mei 1945, para pendiri bangsa berkumpul dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI). Sidang ini memiliki tujuan mulia: merumuskan dasar negara yang akan menjadi landasan kokoh bagi Indonesia merdeka. Pergolakan ide dan gagasan mewarnai persidangan, mencerminkan kekayaan pemikiran para tokoh bangsa.

Di tengah perdebatan tersebut, pada tanggal 1 Juni 1945, momen bersejarah pun terukir. Ir. Soekarno, sang Proklamator, menyampaikan pidatonya yang fenomenal, "Lahirnya Pancasila". Pidato ini bagaikan simfoni yang menyatukan gejolak pemikiran, melahirkan lima dasar negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.

Pancasila, yang berarti "lima dasar", bukanlah semata-mata hasil pemikiran tunggal. Ia merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa yang telah mengakar sejak lama dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Kelima silanya, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merepresentasikan cita-cita bangsa yang merindukan kehidupan yang damai, adil, dan sejahtera.

Penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 merupakan penegasan kembali komitmen bangsa untuk menjaga dan mengamalkan Pancasila. Hari ini bukan sekadar perayaan seremonial, tapi momentum untuk merefleksikan perjalanan bangsa, menengok kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, dan memastikannya terus relevan di tengah perubahan zaman.

Di era globalisasi yang penuh tantangan, Pancasila bagaikan kompas yang menuntun arah bangsa. Nilai-nilai toleransi, musyawarah mufakat, dan gotong royong yang terkandung dalam Pancasila menjadi benteng kokoh dalam menghadapi berbagai ancaman, mulai dari disintegrasi bangsa, radikalisme, hingga maraknya hoaks dan ujaran kebencian.

Semangat Pancasila bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga seluruh elemen bangsa. Kita, sebagai individu, perlu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari hal kecil, seperti menghormati perbedaan, menjaga persatuan, hingga terlibat aktif dalam membangun bangsa.

Mari jadikan Hari Lahir Pancasila bukan sekadar momen seremonial, tapi titik balik untuk meneguhkan komitmen kita dalam menjaga dan mengamalkan Pancasila. Bersama, kita wujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera, berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila.

Sebagai penutup, perlu diingat bahwa Pancasila bukanlah doktrin kaku, melainkan nilai-nilai yang dinamis dan adaptif. Kita perlu terus menggali makna Pancasila dalam konteks kekinian, memastikannya relevan dan mampu menjawab berbagai tantangan zaman. Dengan demikian, Pancasila akan terus bersinar, mengantarkan bangsa Indonesia menuju masa depan yang gemilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun