Mohon tunggu...
Eva Firdausy
Eva Firdausy Mohon Tunggu... Penulis - Writer

If you want to change the world, pick up your pen and write. - Martin Luther

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bakat: Kemampuan yang Dibawa Sejak Lahir

25 Juni 2024   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2024   09:08 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thebaldbrothers.com

Ketika saya masih duduk di sekolah menengah, sering kali saya mendengar teman-teman saya mengeluh bahwa mereka tidak memiliki bakat. Mereka berkata demikian ketika melihat bakat saya di bidang seni rupa dan sastra. Awalnya saya membalas dengan menjelaskan saya mempelajari kedua hal tersebut makanya saya bisa melakukannya, tetapi teman-teman saya juga berkata bahwa mereka juga sudah berusaha. 

Jadi, saat itu saya berkesimpulan bahwa pembedanya adalah saya termasuk orang yang quick learner dan teman-teman saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar. Namun, ketika saya memasuki perkuliahan, saya jadi sedikit lebih banyak tahu apa yang dimaksud dengan bakat.

Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak dilahirkan yang dipengaruhi dari faktor hereditas (keturunan), setiap orang mempunyai bakatnya masing-masing, tergantung bagaimana seseorang untuk mengetahui dan mengembangkan bakat yang dimiliki tersebut (Endriani, dkk, hlm. 88, 2020). Menurut Munandar (1992) bakat merupakan suatu kemampuan bawaan yang dimiliki individu yaitu potensi yang dimiliki dan kemampuan tersebut masih perlu dikembangkan dan dilatih.

Jadi, bakat sebenarnya merupakan sebuah kemampuan atau potensi yang sudah dibawa oleh setiap orang sejak ia dilahirkan yang dipengaruhi oleh faktor hereditas atau faktor keturunan. Kalau melihat ke belakang, dulu saya tidak menyadari kalau bakat di bidang seni rupa dan sastra yang dimiliki diturunkan dari Mamah saya. 

Saya beranggapan bahwa karena Mamah sering membelikan alat-alat mewarnai dan karena saya suka membaca jadi ingin mencoba untuk menulis. Namun, setelah mengetahui bahwa bakat itu merupakan suatu kemampuan yang bersifat hereditas, semuanya terasa masuk akal.

Jika bukan karena bakat yang diturunkan oleh orang tua, besar kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk saya belajar menulis sastra dan menggambar. Saya juga merasa bahwa orang-orang yang merasa dirinya tidak berbakat hanya belum mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi diri. Saya sangat senang mencoba dan belajar hal-hal baru, sepertinya hal-hal itu yang membuat saya lebih mudah menyadari bakat diri.

Untuk mengetahui dan mengembangkan bakat seseorang bisa dilakukan dengan banyak cara. Dalam mengidentifikasi bakat seseorang biasanya dilakukan dengan psikotes minat dan bakat yang dilakukan oleh ahlinya. Tidak jarang juga seseorang mengetahui bakatnya tanpa disadari, seperti yang saya alami. 

Dalam mengembangkan bakat pun dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjangnya, entah itu dengan mengikuti ekstrakurikuler, kursus, tau berlatih secara otodidak.

Saya bersyukur mempunyai orang tua yang dapat mendukung dan menunjang bakat saya untuk bisa terus dikembangkan dan dilatih. Saya harap bakat-bakat yang dimiliki oleh para anak bangsa dapat membantu memajukan negeri ini.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun