Mohon tunggu...
Eva yunita
Eva yunita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Permasalahan "Pelaku Usaha" di Kota Malang pada Era Pandemi Covid-19

9 September 2021   20:42 Diperbarui: 9 September 2021   20:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi membuat banyak hal berubah terutama pada perekonomian masyarakat Indonesia. Bahkan usaha-usaha sebagian banyak yang bangkrut juga ada yang masih berusaha bangkit dan  bertahan dibalik pandemi yang masih terus berlanjut entah sampai kapan. Di balik itu banyak perusahaan perusahaan yang mengalami peningkatan penjualan. Selalu ada hikmah dibalik apa yang terjadi walau seperti yang kita ketahui pandemi ini membuat perubahan besar di seluruh dunia.

Pemerintah sendiri selalu berusaha memberikan yang terbaik pada masyarakatnya. Berbagai cara selalu dilakukan agar masyarakat sejahtera aman sentosa. Namun upaya itu kadang bertolak belakang dengan keinginan masyarakat. Di balik itu sebenarnya upaya upaya itu sesungguhnya memang ampuh untuk mengurangi angka jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sendiri. Penurunan angka ini memang sudah dirasakan sendiri oleh banyak pihak, terutama para medis yang sebelumnya kewalahan melayani lonjakan kasus Covid-19 sebelumnya. Masyarakat juga pasti merasakan penurunan ini karena tidak ada lagi suara siren ambulance yang dulunya sering berlalu lalang membawa mayat bolak balik kekuburan. Masyarakat mengakui bahwa satu harinya bisa mencapai 5 orang.

Saat ini saya sudah melakukan wawancara kepada salah satu pelaku usaha disekitar tempat tinggal saya. Ada hal unik yang baru saya ketahui setelah mewawancarai narasumber. Beliau menyatakan bahwa usaha ini dibuka saat pandemi. Hal ini sangat menarik perhatian saya. Pandemi ini membuat orang orang harus kreatif dan telaten menjalani kehidupan. Terutama untuk para pelaku usaha menengah kecil menengah.

Beliau menjelaskan bahwa latar belakang awalnya sang suami bekerja di resto itu sudah hampir 4 tahun lamanya. Ketika pandemi datang awalnya masih bekerja seperti biasa namun dengan berjalannya waktu resto tempat bekerja itu merumahkan karyawan karyawan lama salah satunya suami beliau. Memang benar karyawan lama memiliki beban berat pada suatu perusahaan atau instansi dibanding karyawan baru. Setelah dirumahkannya tidak ada pemanggilan lagi untuk bekerja di resto. Suami beliau ini bekerja sebagai kaki koki di restoran tersebut.

Karena tidak ada pemanggilan lagi akhirnya suami istri yang memiliki 2 anak laki laki berusia dini akhirnya memutuskan untuk membuka usaha kuliner. Beliau memaparkan bahwa memang fashion suami beliau disini. Sempat berpikir untuk usaha yang lain namun beliau menyatakan modalnya masih belum cukup. Setelah memikirkan dengan baik mereka pun akhirnya membuka kuliner Mie ayam di dekat tempat tinggalnya. Suami beliau ini dulunya pernah bekerja direstoran jepang bertahun tahun lamanya, dengan begitu suami beliau banyak paham dan mengerti dengan mie. Mereka pun belajar membuat mie ayam dari tetangga mereka sebelumnya orang Solo. Untuk resepnya mereka mengambil sebagian dari belajar tadi dan juga buat resep sendiri, jadi campuran.

Tidak mudah memang bertahan hidup di tengah pandemi ini. Kuncinya adalah rajin menekuni apa yang sedang dijalani atau yang biasa orang sebut telaten. Mie ayam ini dalam sehari awalnya habis sekitar 15 porsi itu pada tahun 2020. Karena memang pada saat itu masih marak Covid-19. Namun dengan banyak upaya untuk terus up ke media seperti Instagram juga tik tok itu bisa habis 30 porsi. Beliau menyatakan memang setelah mengundang influencer tik tok memang langsung banyak yang datang bahkan bisa mencapai 50 porsi perharinya.

Namun setelah hadirnya ppkm penjualan mie ayam tersebut mengalami penurunan yang termasuk drastis pada penjualan mie ayam ini sekarang hanya bisa habis 20 sampai 30 porsi perharinya. Beliau menyatakan bahwa target penjualan seharusnya mencapai 50 porsi. Selain itu target penjualan beliau memang pada anak kost karena lokasi tempat berjualan ini terletak di Jl. Sigura gura Kec. Sukun Kota Malang. Sedangkan musim pandemi ini banyak mahasiswa yang memilih tinggal di rumahnya dibanding tinggal disekitar kampus. Seperti yang kita ketahui bahwa sistem perkuliahan sekarang adalah online atau daring. Mahasiswa yang tidak memiliki keperluan memakai laboratorium pastinya akan tinggal dirumah bersama keluarga.

Biasanya memang mahasiswa yang menggunakan laboratorium akan datang ke kampus untuk keperluan laboratorium. Namun juga masih dnegan protokol kesehatan yang ketat. Otomatis jika mereka memerluka datang ke kampus maka akan ngekost. Namun sangat disayangkan hanya beberapa saja mahasiswa yang akan datang ke kampus sebagiannya masih memilih untuk dirumah saja. Seperti anjuran pemerintah agar kita semua selalu di rumah saja.

Dibalik anjuran pemerintah untuk menjaga mobilitas penduduk. Para pelaku usaha terutama usaha mikro kecil menengah memang sangat kesulitan dalam perekonomian mereka, apalagi jika pelaku usaha menargetkan mahasiswa. Seperti yang kita ketahui bahwa Kota Malang sendiri memiliki julukan Kota Pelajar. Nah bagaimana jika pelajarnya saja tidak datang ke Kota Malang pastinya seluruh pelaku usaha yang menargetkan pelajar ini atau mahasiswa akan mengalama pendapatan yang tidak banyak juga sebagian mengalami kebangkrutan. Jika dihitung hitung ada ribuan mahasiswa yang seharusnya tinggal di Kota ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun