Komunitas berpagar sering kali disebut dengan perumahan yang dikelilingi pagar tinggi bagi masyarakat umumnya di Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini jumlah perumahan yang berkonsep atau berpola komunitas berpagar semakin berkembang pesat. Bahkan dapat dikatakan hampir seluruh perumahan yang berdiri sekarang menggunakan konsep komunitas berpagar tersebut. Pagar yang biasanya hanya menjadi batas untuk kepemilikan lahan milik individual, saat ini justru digunakan sebagai pemisah lahan tempat komunitas tertentu berkumpul kelompok kelompok yang mengidentitaskan kehidupannya dengan lingkungan sekitar. Permasalahan yang berkaitan dengan ruang terbuka publik atau ruang terbuka hijau secara umum terkait dengan beberapa kategori perkotaan.
 Seperti menurunnya kualitas lingkungan hidup dan sangat minimnya keanekaragaman hayati saat ini di kawasan perkotaan, di lingkungan permukiman masyarakat dan pencemaran udara yang semakin meningkat dari polusi  polusi kendaraan yang selama ini dihasilkan dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Permasalahan penurunan kualitas udara sehat dan bersih  juga disebabkan oleh semakin berkurangnya pepohonan, lahan perkebunan, dan taman kota sebagai akibat dari adanya alih fungsi lahan menjadi kawasan bangunan bangunan hotel maupun permukiman masyarakat dan juga kawasan komersial.Berkurangnya lahan permukiman mengakibatkan salah satunya adalah berkurang nya ruang-ruang untuk mewadahi kegiatan sosial penghuni (Sangereng, 2016) .
Dampak yang akan ditimbulkan dari fungsi alih lahan pertanian penduduk menjadi perumahan yang berkonsep komunitas berpagar meliputi tiga pilar utama yaitu: lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pembangunan pembangunan perumahan yang saat ini bertumbuh pesat tetap harus memperhatikan dampak negatif yang akan terjadi dalam perspektif mempunyai tiga pilar yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi.Â
Ketiga pilar tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam pembangunan pembangunan yang terjadi saat ini. Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Purnomo, 2016).
Saat ini, banyak kasus yang melakukan pembangunan secara besar besaran tanpa melihat kedepannya dalam ketiga aspek tersebut. Padahal pembangunan yang seharusnya yaitu tidak merusak atau mengorbankan kebutuhan di masa depan.Â
Salah satu kasusnya dalam pembangunan pembangunan perumahan yang berkonsepkan perumahan berpagar (gated community)Pembangunan perumahan ini bahkan dalam jangka panjang akan banyak dampak yang akan ditimbulkan. Perkembangan masyarakat perkotaan pada saat ini mendorong pergeseran berbagai bentuk perilaku yang di tunjukan,yaitu suatu kebiasaan dan budaya. Masyarakat modern cenderung menggeser arah keterlibatan masyarakat dengan lingkungan sekitar menjadi semakin mandiri dan individualis,termasuk untuk memilih gaya hidup yang berkelompok.
Munculnya kelompok sosial berdasarkan pemilihan ruang yang sama di satu sisi di sadari sebagai gaya hidup baru masyarakat modern, tetapi di sisi lain menimbulakn suatu potensi konflik yang akan terjadi kesenjangan kesenjangan yang muncul antara komunitas berpagar dengan komunitas perumahan perkampungan. Potensi konflik tersebut muncul akibat adanya kesenjangan ekonomi, interaksi sosial dengan masyarakat sekitar yang menimbulkan pertentangan. Komunitas berpagar dapat di klasifikasikan dalam tiga kategori utama dalam mendirikan sebuah pembangunan elite kategori itu termasuk gaya hidup ,prestise , dan keamanan (Rahmawati, 2016 ).
 Kategori pertama adalah komunitas gaya hidup,di mana terdapat gerbang keamanan dan terdapat pemisahan antara kegiatan warga di perumahan dengan warga di luar perumahan. Alasanya adalah komunitas elite dimana dalam perencanaan pembangunan perumahan yang didirikan dilengkapi dengan infrasturktur seperti portal,pagar yang melambangkan perbedaan dan prestise dari keduanya yang mempunyai tujuan terciptanya suatu keamanan tingkatan sosial tertentu.Â
Selain itu perumahan tersebut dilengkapi dengan infrastuktur yang sangan memadai. Alasan ketiga adalah alasan keamanan, apalagi dalam kehidupan di perkotaan keamanan di rasa kebutuhan utamanya di kota kota besar. Hal tersebut di rasa semakin lama semakin di butuhkan oleh orang orang sekitar untuk mengamankan tempat tinggal mereka.
Ketiga alasan tersebut adalah contoh klasifkasi yang di dorong oleh keinginan untuk berinfestasi dan mengendalikan massa depan lewat rancangan yang terukur untuk memaksimalkan kehidupan internal penghuninya. Tujuan lainya untuk membuat sebuah kumpulan komunitas yang homogen. Di mana kemanan fisik seperti di sediakannya perlengkapan cctv,satpam, portal pagar, dan keamanan sosial di tingkatkan karena adanya persamaan dan akses yang dapat di kendalikan untuk menciptakan kemanan dan suatu kenyamanan bagi penguhuninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H