Kisah ini tentang seorang pasien wanita yang berkunjung ke klinik dengan keluhan ingin memperbaiki tambalan giginya.Â
Pasien dengan paras cantik, namun tidak percaya diri untuk tersenyum menampakkan giginya. Pasien dengan paras cantik, namun tidak percaya diri berbicara berdekatan karena merasa rongga mulutnya bau. Pasien dengan paras cantik, namun sering menyembunyikan parasnya dengan masker agar giginya tidak kelihatan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata ada tambalan "tidak layak" pada gigi depan. Gigi tersebut ditambal dengan bahan resin akrilik putih (sampai sekarang akrilik, tidak pernah jadi bahan tambalan). Bukan hanya itu, tambalan juga menggantung ke gigi tetangganya.
Hasil anamnesa, tambalan tersebut adalah hasil dari tukang gigi. Pasien bercerita, jika dulu giginya pernah sompel sedikit dan dia memutuskan menambal ke tukang gigi karena beranggapan ke dokter gigi pasti mahal. Tapi ternyata harga tambalan di tukang gigi juga fantastik. Pasien menghabiskan biaya total 1jutaan untuk satu tambalan gigi depannya karena harus diperbaiki berulangkali oleh sang tukang gigi.
Sewaktu pembongkaran tambalan abal-abal tersebut, keluarlah bau busuk yang sangat menyengat. Pasien sampai mual dan menangis merasa sedih karena dahulu telah membuat keputusan yang salah pada giginya.Â
Tiga gigi tetangga yang terkena tambalan menggantung juga jadi berlubang juga, dan dilakukan penambalan yang layak dengan bahan komposit. Gigi yang tambalannya sudah dibongkar tadi lalu dilakukan perawatan saluran akar, pemasangan fiber post, dan restorasi direk resin komposit.Â
Sebenarnya, perawatan idealnya adalah pemasangan crown, namun pasien mengalami keterbatasan dana sehingga saya menganjurkan pilihan perawatan lain yaitu fiber post dan resin komposit.
Kebetulan pasien meng-follow salah satu akun sosial media saya. Dan saya senang, bukan karena followers saya tambah yang jelas. Saya senang karena pasien sudah percaya diri tersenyum menampakkan giginya dan meng-post di sosial medianya. Bahagianya seorang dokter gigi ternyata sesederhana itu.Â
Saya sama sekali tidak bermaksud menjelekkan profesi lain. Namun alangkah lebih baiknya apapun profesi itu melakukan pekerjaannya sesuai dengan standart kompetensinya. Pekerjaan tukang gigi telah diatur sedemikian rupa di UU. Tentunya peraturan ada bukan untuk dilanggar. Lagi pula pasien ini adalah manusia. Gigi adalah bagian dari organ tubuh, harus sehat.Â
Untuk para pasien di luar sana, saran saya bijaklah untuk memilih. Kesehatan rongga mulut sangat penting. Kesehatan adalah tanggungjawab yang harus kita jaga kepada sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H