Mohon tunggu...
aa
aa Mohon Tunggu... Administrasi - --

--

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#Savesharks

4 Februari 2014   10:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_310171" align="aligncenter" width="568" caption="Photo by mangobay.co.id"][/caption]

Jaws, film garapan Steven Spielberg 30 tahun yang lalu terlanjur melekat dalam ingatan penontonnya. Great white shark (ikan hiu putih)digambarkan sangat agresif menyerang manusia.  Faktanya, setiap tahun hanya sekitar 12 orang yang terlaporkan diserang ikan hiu sedangkan manusia membunuh 11.417 ekor hiu/jam. Weitss! Sekarang siapa yang takut pada siapa nih?

Hiu jelas bukanlah hewan ganas yang gemar menyerang manusia. Secara ilmiah, mereka lebih suka memangsa anjing laut yang diketahui mampu menyimpan lemak 50% dari tubuhnya. Adapun hiu memangsa manusia karena mengira peselancar merupakan anjing laut yang sedang berenang. Jarang ada kasus hiu memakan manusia. Laporan kasus yang masuk utamanya manusia tergigit. Digigit loh, bukan dimakan. Kini bukan manusia yang takut akan hiu namun sebaliknya. Nelayan menangkap hiu, memotong siripnya dan melemparkan tubuhnya ke laut. Umpamanya, manusia dipotong kaki dan tangannya lalu dibuang ke laut. Dibiarkan kehilangan keseimbangannya dan kehabisan darah. Dibiarkan mati sia-sia. Mengonsumsi sirip hiu dipandang sebagai tren makan yang mewah. Restoran-restoran ternama berlomba menyajikan menu mahal tersebut. Hal ini diikarenakan sejak zaman kekaisaran di China, kaisar-kaisar gemar memakan makanan yang tidak lazim dikonsumsi oleh rakyat jelata. Sirip ikan hiu diyakini mampu menambah nafsu makan, menambah stamina dan membuat awet muda. Walaupun hingga kini hal tersebut tidak dapat dibuktikan secara medis. Pabrik-pabrik mengalirkan limbah-limbah pabrik seperti merkuri ke sungai yang mengarah ke lautan. Dengan demikian, predator puncak ini pun memakan ikan-ikan besar yang tercemar merkuri. Perlu diketahui tingkat pencemaran merkuri di tubuh hiu 42x lebih tinggi dari batas aman. Bisa dibayangkan apa yang terjadi saat manusia mengonsumsi sirip ikan hiu tersebut? Bukan hanya itu saja. Kepunahan ikan hiu akan merusak keseimbangan rantai makanan. Jumlah ikan besar yang umumnya menjadi mangsa ikan hiu akan bertambah banyak. Memakan ikan-ikan berukuran sedang yang biasa kita konsumsi. Dan membuat rantai makanan menjadi kacau balau. Beberapa negara telah melarang penangkapan ikan hiu dan pembuangan hiu kembali ke laut setelah diambil siripnya. Dan secara nyata, peraturan daerah Raja Ampat, Papua, telah memutuskan untuk memberikan sanksi kepada orang-orang yang menangkap dan merusak habitat ikan hiu. Nelayan menangkap hiu karena adanya permintaan dari pasar. Apalagi harganya mahal dengan keuntungan berlipat. Jangan sampai ikan hiu hanya tinggal sejarah dan dongeng untuk diceritakan kepada anak dan cucu kita. Setidaknya kita masih dapat berkontribusi dengan cara tidak mengonsumsinya yang akan menyebabkan pemintaan terhadap sirip ikan hiu menurun sehingga tidak ada nelayan yang ingin menangkapnya. Salam jepret, Eva Leevin (@evaleevin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun