[caption id="attachment_288448" align="aligncenter" width="614" caption="Maggie Tiojakin"][/caption]
Teks dan Foto : Eva Leevin
Ketika dunia menjanjikan satu hari workshop dan kamu akan mahir menulis, itu bohong belaka. Maggie Tiojakin telah membuktikannya. Ketekunan dalam membaca, menulis dan observasi telah menjadikannya sebagai salah satu jurnalis dan penulis handal di Indonesia.
Sebelas aturan dalam creative writing: 1. Keep It Simple, Stupid! (K.I.S.S.) Kata-kata sederhana akan lebih mudah dimengerti daripada kata-kata yang terlalu puitis atau istilah-istilah sulit. 2. Keep the story moving Biarkan karakter menggiring jalannya cerita sehingga tampak alami. 3. There is nothing new under the sun Semua cerita yang ada sekarang adalah pengulangan dari masa lalu. Yang baru hanyalah cara penyampaian dan kondisi sekarang. 4. Write what you know (and research the hell out of what you don't know) Riset, riset dan riset. Maggie belum akan memulai menulis sesuatu sebelum melakukan riset. 5. Writing is show business Jangan mengatakan cuacanya dingin. Deskripsikan tingkah laku karakter. Badannya mulai menggigil. Ia menarik selimut dan menutupi tubuhnya agar tetap hangat. 6. You are not the smartest person on the planet Pastikan apa yang kamu tulis benar. Jadi mulai lagi dengan riset. Karena kita semua bukan orang paling pintar di dunia. Kecuali mbah Google, mungkin. 7. Writing is revising Revisi layaknya bagian akhir dari menulis sebelum disebarkan ke sarana publik. Perlu penilaian objektif dan penggunaan bahasa yang baik dan benar. 8. There's no such thing as writer's block.
Jangan biarkan masalah seperti bosan hingga tidak lagi melanjutkan cerita lalu beralih ke tulisan lain yang kemungkinan juga tidak akan pernah selesai.
9. Moral lessons are for children.
Pelajaran moral hanya untuk anak kecil karena orang dewasa dianggap sudah melewati tahapan tersebut.
10. Be bold.
Jujur pada apa yang ingin disampaikan.
11. There are no rules Tidak ada aturan yang pasti dalam menulis. Kerangka karangan hanya panduan dan jangan sampai malah membatasi cerita. Jadi, satu hal yang terpenting dalam menulis adalah riset. Riset melahirkan ide-ide baru, memacu karakter untuk bergerak lebih leluasa karena pengetahuan yang kita dapatkan serta membentuk background story yang kokoh. Tidak lucu saat pembaca malah mengucapkan "Salah tuh. Yang benar itu begini" karena seharusnya kita lebih mengetahui fakta-fakta dalam rangkaian cerita kita. Namun jangan juga terlalu banyak meletakkan hasil riset dalam satu bacaan karena justru riset akan tampak lebih menonjol dibanding inti utama cerita. Creative writing itu menulis dengan integritas. Pesan yang kita ingin sampaikan harus dapat dimengerti oleh pembaca dan mampu melahirkan interpretasi-interpretasi baru- Maggie Tiojakin.
Keep photographing,
Eva Leevin (@evaleevin)
