Mohon tunggu...
Eunike Pakiding
Eunike Pakiding Mohon Tunggu... Administrasi - Kuli Kopi yang Suka Menulis

Ingat, Pena lebih kuat dari Pedang || Calamus gladio fortior

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Eksploitasi dalam Organisasi (Di Balik Gelar Kakanda)

14 Juli 2017   14:53 Diperbarui: 14 Juli 2017   15:08 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: The Words/ILUSTRASI

Sebagai Makhluk Sosial, Manusia mempunyai banyak cara dan pola dalam berinteraksi dengan sesamanya, salah satunya dengan berorganisasi. Mengapa berorganisas? Karena bagi mereka, Organisasi merupakan perkumpulan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama yang akan bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu, sehingga melalui organisasi mereka menemukan wadah yang pas dengan tujuan yang ingin dicapai kedepannya. Misalnya: Organisasi Mahasiswa, Organisasi Pecinta Alam, Organisasi Kedaerahan dan masih banyak lagi.

Berkaca dari pengalaman pribadi, Organisasi ternyata tidak selamanya membawa dampak yang baik bagi anggotanya, yang awalnya kita menyusun program-program berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, tapi pada prosesnya berbalik arah menyimpang dari tujuan yang sesungguhnya. Bahkan tidak jarang anggota di iming-imingi hal tertentu seperti kekuasaan, atau hasil lainnya layaknya hukum ekonomi (untung-rugi).

Paling parahnya lagi, Organisasi ternyata bisa mempengaruhi karakter seseorang. Saya pernah masuk dalam sebuah organisasi sebut saja organisasi X bergerak dibidang lingkungan hidup, sekitar 3 bulanan saya berada dalam organisasi tersebut, efek sampingnya sangat sangat buruk bagi saya. Mengapa? Pertama, pada saat penyusunan ADRT tujuan pembentukan organisasi jelas berisi poin-poin yang pada hakekatnya baik. Tapi saat proses mencapai tujuan itu sangat buruk Itu jelas terbaca saat berinteraksi dengan mereka.

Awalnya saya berusaha menyesuaikan diri dan berpikir positif saja, mungkin karakter teman organisasi saya ini memang speerti ini, tapi tiap hari kenapa malah semakin menjadi-jadi? Ketika berkumpul yang keluar dari mulut mereka hanya kata-kata kotor, kata kata kasar yang seolah-olah jadi bahan candaan. Bercanda boleh saja tapi ada batasannya bukan? Untuk kata-kata yang tidak senonoh itu bukan candaan lagi sangat tidak pantas dijadikan tertawaan.

Ada lagi yang membuat saya geram, ketika ada rapat, di grup WhatsApp di informasikan bahwa rapat jam 7 malam, tidak boleh ada yang terlambat. Nah, jarak rumah saya ke sekretariat organisasi tersebut lumayan jauh sekitar 20-30 menit, saya berusaha datang tepat waktu. Tapi tepat waktu ini hanya sekedar wacana, rapat baru dimulai jam 9 malam-12 malam sementara saya seorang wanita, harus pulang larut malam berkendara seorang diri? Bagaimana tanggapan orang tua saya? Tetangga-tetangga saya? Organisasi "X" ini berbeda dengan Organisasi Y yang juga saya ikuti, teman-teman di Organisasi Y selalu konsisten jika soal waktu bahkan jika rapat berakhir larut malam, mereka mengantar teman-teman wanitanya pulang, mereka juga mengatakan: tidak usah bawah motor, nanti anak-anak yang jemput (anak-anak yang dimaksud adalah teman-teman cowok) Organisasi Y ini betul-betul menunjukkan Kekeluargaan dalam Organisasi, menganggap kita semua saudaranya, berbeda dengan organisasi yang satu tadi. Menjalankan organisasi sesuka hatinya saja, tidak memikirkan anggotanya yang lain.

Saya masih ingat satu kejadian, ketika ketua Organisasi X menegaskan bahwa hari ini rapat jam 7, sementara Makassar saat itu hujan deras, saya bela-belain hujan-hujanan bukan main jauhnya ke sekret, sampai sekret Rapat tidak jadi dilaksanakan. Wah, Ini saya kayak anak kecil di permainkan. Sesuka hatinya melaksanakan dan membatalkan rapat. Tidak ada sikap menghargai antar anggota. Ini organisasi apa? kesan saya pada waktu itu. Sehingga di rapat-rapat yang lain saya malas lagi datang tepat waktu karena sudah dipermainkan beberapa kali. Secara tidak sadar, karakter tidak menghargai waktu mulai dipelajari dalam Organisasi itu.

Konteks lainnya, Selama saya masuk dalam Organisasi tersebut, terlihat beberapa anggota menjadi BUDAK dalam Organisasi itu, Ia BUDAK. Suruhan anggota-anggota lainnya yang merasa paling kuat posisinya dalam Organisasi. Sesuka hati menyuruh membelikan ini itu seperti membeli Rokok, Kopi, Pulsa dll. Saya sempat bertanya kepada anggota yang mau-maunya disuruh; "Mengapa kamu mau disuruh-suruh seperti itu? Dia kan juga punya kaki? Kenapa bukan dia sendiri yang mengerjakannya?" Anggota ini menjawab: "Sayakan tidak punya uang, jadi biarlah tenaga saya yang dipakai" Miris melihat teman seorganisasi kita diperlakukan seperti ini.

Sampai suatu ketika, saya terjebak diskusi panas di Grup WhatsApp, seorang anggota berjenis kelamin wanita dengan paras hitam manis, berbicara kotor mengata-ngatai anggota lainnya. Cowok-cewek sama saja, mulutnya hanya mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh. Sampai saatnya saya berkomentar juga di grup whatsApp itu, sedikit ada aduh mulut di WhatsApp sampai akhirnya saya membuat surat pengunduran diri keluar dari organisasi tersebut. Lebih baik saya tidak punya organisasi daripada harus masuk organisasi yang merusak karakter saya pribadi.

Melihat fenomena seperti ini, Ternyata Organisasi bisa jadi tempat Eksploitasi. Politik pemanfaatan sewenang-wenang sehingga Klasifikasi Tuan dan Budak sering terjadi. Dibalik gelar "Kakanda" dan "Dinda" sering disalahgunakan untuk kepentingan pribadi mereka dalam organisasi. Menyuruh-nyuruh juniormu itu wajar saja, tapi ada batasannnya. Satu, dua kali kamu menyuruh dia membuatkanmu Secangkir Kopi itu masih wajar, tapi jika terus menerus apa masih wajar? Kamu, Dia dan Saya Sesama Anggotakan? Kenapa tidak kamu sendiri yang mengerjakannya? Bedakan minta tolong dengan memperbudak. Ya.. mungkin kamu punya banyak uang dibandingkan teman seanggotamu yang lain, tapin bukan berarti mereka seenaknya saja kamu perintah.

Jadi, Tradisi pendirian organisasi dan proses interaksinya sangat memperngaruhi Anggota-Anggota yang ikut tergabung, jika tujuan awal hakekatnya adalah baik, maka dalam proses pencapaian harus baik pula. Keberhasilan Organisasi bisa di Lihat dari Anggotanya, bila mana karakternya baik kepada siapa saja: sesama anggota, orang tuanya terlebih masyarakat, berarti Organisasi tempat Mereka bergabung adalah Organisasi yang Sehat, dan Berhasil mendidik Kader-Kadernya hingga jadi Anggota Organisasi yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun