Kau salah kalau mengira aku kesepian menjadi pohon yang sebatang kara disini karena aku sangat mencintai keheningan, terutama keheningan malam hari. Entah sejak kapan aku bersahabat dengannya lalu jatuh cinta padanya, bertingkah bagaikan anak remaja yang sedang dimabuk asmara. Tiap hari tiap jam tiap menit selalu memikirkannya, mencuri-curi waktu di tengah keramaian hanya untuk bersua dengannya. Tak ingin diganggu saat sedang berdua dengannya. Bersama dengannya waktu seolah berhenti. Hanya ada aku dan keheningan itu.
Kau yang mungkin sulit memahami duniaku sama seperti aku yang sulit memahami duniamu. Kau yang fasih berdoa dan melafalkan ayat-ayat indah dalam bahasa asing ke seluruh penjuru dunia. Kau yang menguasai tujuh bahasa manusia untuk berkhotbah di tujuh benua. Kau yang memiliki karunia bahasa roh untuk berbicara dengan yang ada dan tiada di bumi dan di surga. Sungguh semua itu menakjubkan dan kau luar biasa dengan segala bakat, kemampuan, dan karunia yang kau miliki itu.
Tapi maafkan kebodohanku ini, sungguh aku tak mengerti satu katapun yang keluar dari bibirmu itu. Aku tak mengerti apa yang sedang kau lantunkan lewat bahasa asingmu yang indah itu. Aku tak mengerti apa yang sedang kau sampaikan lewat tujuh bahasa manusiamu yang hebat itu. Aku tak mengerti apa yang sedang kau ucapkan lewat bahasa rohmu yang ajaib itu.
Aku hanya mengerti bahasa keheningan
Dalam keheningan aku mendengar suara Tuhan
Dalam keheningan semua menjelma menjadi doa
Lidahku adalah doa
Pikiranku adalah doa
Hatiku adalah doa
Keheningan adalah bahasa Tuhan yang mudah kupahami
Segala bahasa yang kau miliki itu adalah terjemahan rumit yang sulit kumengerti