Mohon tunggu...
Eunike Cahya
Eunike Cahya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nobody is perfect, I'm nobody :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik, Antara Silaturahmi dan Prestis

3 Agustus 2013   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:40 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari di jalanan Indonesia , terutama jalan pantura akan dipenuhi oleh sesak kendaraan yang tidak seperti biasanya kita temui. Bukan hanya itu, kemacetan yang terjadi yang tak masuk akal yang terkadang memicu emosi para pengemudi. “DIN DIN” suara klakson mobil yang terus berbunyi membentuk simfoni di kepadatan jalan. “Mudik” kita menyebutnya. Fenomena yang dimulai dari H-7 lebaran sampai seusai lebaran. Mudik sendiri sebenarnya dari kata “Udik” yang berarti kampung,desa,dusun yang diberi imbuhan “M” yang menjadi Mudik. Berarti mudik berarti kembali ke kampung. Kita orang kampung. Tradisi yang konon sudah dimulai sejak zaman majapahit ini sebenarnya apa tujuannya? Untuk memenuhi jalan? Untuk ajang gengsi? Atau untuk apa? Silaturahmi “Buat silaturahmi dong” begitulah tanggapan sebagian besar orang jika diberi pertanyaan demikian. Di hari idul fitri yang suci dan indah. Acara sungkem untuk minta maaf adalah sebuah kewajiban. Setelah perjuangan dan lelah perjalanan, dijebak macet pula, berbuah manis dengan bertemu dengan keluarga dan saling bermaafan. Disana kita bisa saling mengkhanarkan satu sama lain. Menjalin erat kekerabatan. Dan melagukan lagu “We are family”. Event mudik yang terjadi di setiap lebaran ini tanpa kita sadari adalah event yang memperkuat tali persaudaraan kita. Mendidik kita dengan ajaran sejauh-jauh anda merantau ingatlah kampung anda ingatlah sanak saudara yang senantiasa mendoakan kita. Dan bagaimanapun saya, anda , kita adalah orang kampung. Di kampung, kita akan menjadi diri sendiri. Kita akan kembali ke habitat kita sebagai orang kampung Gengsi dong Dikutip dari tweet @ndorokakung “sudah sampai kampung halaman? sudah pamer gadget barumu?” Lambat laun tujuan mudik sendiri semakin bergeser. Seperti dilansir di kompas.com penggadai di pegadaian meningkat 5,3% menjelang lebaran padahal harga emas turun. Beberapa hari yang lalu juga tersiar kabar seorang ibu rumah tangga nekat naik tiang karena uang lebaran yang dirasa kurang dari suaminya itu. Pusat perbelanjaan sendiri semakin hari semakin dipenuhi oleh masyarakat. Fenomena yang terjadi inilah makna mudik? Beginilah fenomena mudik yang terjadi , mudik menjadi fenomena untuk ajang pamer. Datang dengan membawa kendaraan mewah meskipun itu hasil pinjaman. Datang dengan tujuan menunjukkan kesuksesannya. Entah kesuksesan semu atau kesuksesan nyata. Bergesernya tujuan mudik yang indah berganti menjadi menyedihkan itu semata mata karena budaya kapitalisme yang terjadi di negara kita. Tujuan silaturahmi mudik ini berganti menjadi ajang prestis semata. Memilukan memang. Namun memang 80% masyarakat ke kampung saya yakin akan memperhatikan apa yang akan mereka bawa untuk menunjukan diri. Inilah mudik Indonesia banget. Jadi, mana yang anda pilih? Silaturahmi? Atau prestis?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun