Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti sebagaimana yang dimuat dalam Okezone memaparkan bahwa 62% guru sekolah dasar (SD) tidak pernah ikut pelatihan sampai menjelang pensiun. Sedangkan 37% guru kota besar hanya mendapat pelatihan satu kali dalam lima tahun. Kenyataan mengenai masih banyak guru yang bertahun-tahun tidak pernah mengikuti pelatihan rupanya telah diketahui pula oleh Mendikbud Anis Baswedan. Karena itu peningkatan mutu pendidikan melalui pemerataan kesempatan mendapatkan pelatihan bagi guru menjadi salah satu agenda mendesak yang dicanangkan oleh Mendikbud sebagaimana yang diberitakan oleh sp.beritasatu.com.
Sungguh akan sangat disayangkan jika kebijakan yang nanti diambil oleh Mendikbud masih berkutat pada penggunaan diklat konvensional seperti yang selama ini dilaksanakan mengingat biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelatihan tidak main-main besarnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ketua Gerakan Indonesia Pintar Feber Suhendra bahwa Pelatihan guru konvensional yang selama ini dilaksanakan sangat memboroskan anggaran karena mahal biayanya. Bagaimana tidak, untuk memberikan pelatihan kepada 3.5 juta guru dibutuhan biaya kurang lebih Rp. 5 juta per orang, jadi untuk seluruh guru akan membutuhkan Rp. 17,5 triliun (sp.beritasatu.com).
Selanjutnya perlu diapresiasi dan ditindaklanjuti teknis pelaksanaan pelatihan yang dianjurkan oleh Feber yaitu agar pelatihan guru dilakukan secara online sehingga pelatihan ini dapat diakses di tingkat kabupaten/kota. Guru yang akan membimbing pelatihan guru online di tingkat kabupaten/kota dan sebagai narasumber mengikuti pelatihan secara konvensional di LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) di tingkat provinsi. Dengan cara tersebut biaya pelatihan diprediksi akan lebih hemat dibandingkan dengan biaya pelatihan konvensional yang seluruhnya kegiatannya dilaksanakan secara offline.
Lantas apa kelebihan pelatihan atau diklat (pendidikan dan pelatihan) yang dilakukan secara online? Diklat konvensional yang lazim diikuti oleh para guru selama ini berupa diklat offline, dimana fasilitator dan peserta berkumpul dan bertemu muka di satu tempat yang sama. Sedangkan dalam diklat online antara fasilitator dan peserta mungkin saja sama sekali tak pernah bertemu muka secara langsung. Kelebihan diklat online ini adalah tak terbatas ruang dan waktu bagi peserta untuk belajar. Kapanpun, dimanapun, dan siapapun (dalam hal ini guru) dapat mengikuti diklat dan belajar tanpa meninggalkan tugas mengajar.
Adakah diklat online yang sukses dilaksanakan?
Sementara Mendikbud masih dalam tahap merancang format dan teknis pelaksanaan pelatihan serta pengamat pendidikan yang sibuk memberi masukan bagi pemerintah khususnya Kemendikbud, PPPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Matematika (p4tkmatematika.org) dan Pak Sukani (founder Diklat Online Guru Melek IT - DOGMIT) menjadi dua contoh kesuksesan pelaksanaan diklat online bagi guru. Jika PPPPTK Matematika menyasar guru matematika sebagai peserta diklat, maka Pak Sukani membuka kesempatan untuk seluruh guru berbagai mata pelajaran untuk menjadi peserta DOGMIT.
Saya tertarik membicarakan DOGMIT lebih lanjut karena beberapa keunikan di dalamnya. Pertama, penyelenggara diklat online ini bukanlah suatu instansi sebagaimana PPPTK Matematika melainkan “hanya” seorang guru. Tapi Beliau bukan guru biasa, Pak Sukani adalah guru yang luar biasa. Guru muda pemenang 1st Winner Acer Guraru Award 2013 yang berani melakukan terobosan dengan mengadakan diklat online secara mandiri tanpa didukung oleh institusi resmi manapun. Berbekal semangat berbagi dan tujuan mulia untuk membuat guru-guru Indonesia menjadi “melek IT”, tanpa banyak cing cong Pak Sukani langsung action dan keberadaan situs etraininggurumelekit.edu20.org menjadi salah satu buktinya. Benar-benar guru era baru yang tidak mau hanya menunggu bantuan dari pemerintah berupa pelatihan untuk meningkatkan mutu dirinya sebagai guru. Pak Sukani dan DOGMITnya bahkan menginspirasi guru-guru lain untuk memberdayakan diri sendiri, meningkatkan kompetensi secara aktif dan mandiri. Luar biasa!
Kedua, setiap guru dapat mengajukan diri menjadi peserta DOGMIT. Hal ini jarang terjadi dalam diklat konvensional dimana mayoritas guru peserta dipilih melalui mekanisme ditunjuk oleh atasan bahkan tak jarang karena faktor “kedekatan” dengan orang dinas pendidikan kabupaten. Sehingga tak heran guru yang mengikuti diklat hanya itu-itu saja.
Materi diklat di DOGMIT selalu up to date dan sangat aplikatif dalam pembelajaran berbasis IT yang dewasa ini gencar dikumandangkan. Sebagai informasi, materi DOGMIT Angkatan 1 sampai dengan 6 adalah:
1.Membuat e-learning dengan Edu20.
2.Membuat digital books.
3.Membuat quiz interaktif dengan Ispring.
4.Membuat video pembelajaran dengan Camtasia.
5.Membuat bahan ajar dengan SnapShot.
Materi DOGMIT Angkatan 7 sampai dengan 12 adalah:
1.Pemanfaatan Internet.
2.Membuat 3D PageFlip for PowerPoint.
3.Membuat Midn Map (Peta Pikiran) dengan Mindjet.
4.Membuat Schoolhouse Test.
5.Pemanfaatan ZoomLt dan PointerStick.
Sedangkan materi DOGMIT Angkatan 13 sampai dengan 15 adalah:
1.Membuat gambar animasi dengan wajah sendiri (GIF).
2.Membuat animasi profil dengan wajah sendiri.
3.Membuat bahan ajar berbentuk animasi dengan wajah sendiri.
Kualifikasi peserta DOGMIT tidak dibatasi oleh mata pelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan, guru mata pelajaran apapun dari jenjang sekolah SD/MI, SMP/MTs. SMA/MA, serta SMK, semua boleh mengikuti DOGMIT. Bahkan tidak menutup kesempatan bagi guru di perguruam tinggi dengan kata lain dosen. Selain itu, keikutsertaan peserta bukan atas penunjukan atasan seperti yang sering terjadi pada diklat konvensional melainkan atas keinginan sendiri meskipun harus mengeluarkan biaya secara swadaya. Inilah penyebab mengapa DOGMIT dapat berperan penting bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Motivasi belajar antara peserta diklat konvensional (offline) dengan peserta diklat online sangat berbeda. Peserta diklat online khususnya DOGMIT akan mencurahkan segala kemampuan untuk mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Mengatur dan merancang waktu belajarnya sendiri untuk kemudian dilaksanakan secara disiplin agar target belajar dan pengerjaan tugas selesai tepat waktu. Adanya interaksi aktif dalam diskusi online antar peserta dengan fasilitator dan peserta dengan peserta menambah semangat belajar bagi peserta DOGMIT. Wajar jadinya jika penguasaan materi diklat peserta menjadi sangat baik.
Bukan berarti DOGMIT tanpa kendala dalam pelaksanaannya, ketersediaan jaringan internet dan pasokan listrik dari PLN menjadi issue sentral dan klise yang dapat menghambat keikutsertaan guru sebaga peserta diklat online. Namun terlepas dari dua hal tersebut, DOGMIT dapat menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia jika setiap peserta DOGMIT aktif melakukan desiminasi ilmu yang diperolehnya dalam diklat maka peningkatan kompetensi pedagogik guru khususnya dalam penguasaan IT sebagai media pembelajaran dapat terus ditingkatkan.
Yang lebih menggembirakan lagi adalah desiminasi tersebut akan mencakup sasaran yang sangat luas di berbagai daerah di seluruh Indonesia sesuai asal daerah peserta DOGMIT bahkan dapat lebih luas lagi karena setiap peserta (khususnya angkatan 1 s.d. 6, saat tulisan ini dipublish telah mencapai angkatan 13) telah memiliki situs elearning di www.edu20.org sebagai media pembelajaran dan media desiminasi online. Guru-guru di seluruh Indonesia akan benar-benar “melek IT” dan ke”melek”an ini akan menjadi bekal untuk mengeksplorasi informasi, sumber belajar online, interaksi diskusi online, mempublish dan saling sharing produk berupa media pembelajaran berbasis IT yang kesemuanya bertujuan dan diperuntukkan bagi peningkatan mutu pembelajaran. Jika kesadaran guru peserta DOGMIT untuk terus belajar dan berbagi dengan guru-guru lain terus dilakukan dan memberi imbas positif secara nyata, maka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia menjadi suatu keniscayaan. Insya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H