Mohon tunggu...
EUGENIUS KAU SUNI
EUGENIUS KAU SUNI Mohon Tunggu... -

Wartawan TV. Dosen TI & Telekomunikasi. Suka Pencak Silat. Menghidupi sastra dan humor.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jokowi dan Berita Televisi (Catatan Lepas dari Ruang Redaksi TV)

28 Maret 2014   05:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Joko Widodo menerima mandat dari ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri untuk maju sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan. Ia menyampaikan hal itu pertama kali kepada para wartawan saat berada di cagar budaya “Rumah Si Pitung” di Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara. Dalam rekaman camera wartawan televisi (TV), Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kesiapannya, kemudian mendekati bendera merah putih, meraihnya, dan mencium sang saka merah putih itu dengan khidmat.

Sejumlah stasiun TV nasional merespon peristiwa itu dengan menghentikan seluruh siaran regulernya dan menggantinya dengan program breaking news untuk memberitakan pencapresan Jokowi itu. Media online dan radio satu langkah lebih cepat dari TV karena seketika itu telah lebih dahulu memberitakan Jokowi akhirnya menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan. Koran Sore dan Harian Pagi dari berbagai media cetak nasional dan lokal juga memuat berita Jokowi dicapreskan PDI Perjuangan pada headline atau menempati berita utama.

Orang kemudian bertanya-tanya, apakah media massa telah dibayar untuk memberitakan Jokowi sedemikian rupa? Berapa triliun rupiah yang telah dikucurkan tim pemenangan Jokowi kepada media massa agar pengumuman pencapresan itu menempati berita-berita utama bahkan breaking news? Pertanyaan yang sama selama ini kerap mengisi ruang-ruang diskusi public sekaligus menjadi kritik terhadap media massa yang memberitakan Jokowi secara terus menerus dan cenderung berlebihan.

Pilihan Berita TV

Media massa dalam mengemas suatu berita tentu menerapkan kaidah-kaidah jurnalistik sesuai karakteristik masing-masing media. Secara umum suatu peristiwa atau issue akan menjadi berita kalau memiliki nilai berita (news value), yakni obyektif, aktual, luar biasa, penting, dan memiliki kedekatan. Obyektif artinya berita harus sesuai dengan fakta yang terjadi dan tidak dikarang-karang, Aktual berarti peristiwa itu baru saja terjadi, terbaru, dan belum “basi” alias masih panas-panasnya. Luar biasa berarti kejadian itu adalah sesuatu yang besar, aneh, janggal, unik, dan tidak umum. Penting artinya peristiwa yang akan diangkat itu memiliki pengaruh atau berdampak bagi banyak orang atau menyangkut orang penting dan terkenal. Sementara berita dikatakan memiliki kedekatan kalau berita itu dekat secara georgrafis, kultural, atau bahkan dekat secara psikologis atau sangat familiar.

Khusus TV, berita adalah peristiwa atau kejadian yang memiliki nilai berita dan juga memenuhi kelayakan dari sisi audio-visual dan kaidah etika. Hal-hal yang secara visual menarik dan unik serta dramatis, itu memiliki nilai yang tinggi dalam pemberitan TV, karenanya menjadi sesuatu yang diburu para awak media televisi. Karena memang gambar visual (video) merupakan kekuatan berita TV.

Yang menarik, pada sejumlah peristiwa atau kejadian, stasiun TV melakukan breaking news. Apa sebenarnya breaking news itu? Menurut Panduan Kebijakan dan Standar Berita TV yang diterbitkan litbang Metro TV pada Juni 2010, breaking news adalah siaran yang bersifat mendadak dan memiliki nilai berita yang tinggi dan karenanya menyela atau menghentikan program regular yang telah terjadwal. Artinya breaking news itu dengan segala daya dan kuasanya dapat menghentikan sebuah tayangan yang sedang berjalan, karena nilai berita yang sangat tinggi, mengandung aspek kontroversi tinggi, dan berada pada momentum yang sedang menjadi perhatian publik atau sedang ditunggu-tunggu banyak orang.

Jokowi dan Berita Televisi

Maka pertanyaan mengapa Jokowi selalu mengisi layar kaca penonton? Jawaban sederhannya karena Jokowi memenuhi unsur-unsur nilai berita TV. Jokowi selalu mengisi berita-berita utama media massa khususnya televisi karena ia hadir secara unik dan menarik. Melihat gaya Jokowi yang nyentrik, bicaranya ceplos-ceplos polos, ia serta merta memenuhi nilai berita luar biasa.  Ia menghadirkan diri apa adanya, bahkan cenderung aneh, janggal, unik, dan menarik. Sementara dari sisi penting dan ketokohan, Jokowi adalah seorang gubernur DKI Jakarta, yang dalam berbagai survei capres selalu menempati urutan teratas, paling popular, dan disukai masyarakat luas. Faktor gubernur di Jakarta ini pulalah yang menempatkan Jokowi dari sisi jarak paling dekat dengan kantor-kantor media massa nasional yang semuanya berpusat di Jakarta. Bahkan Jokowi yang terus menerus hadir di tengah-tengah masyarakat dengan blusukan dan aksi-aksi nyata lainnya telah menyebabkan Jokowi secara psikologi dekat dengan masyarakat luas. Jokowi bahkan sangat familiar. Banyak orang kalau melihat Jokowi, langsung tersenyum, karena dibenaknya secara psikologis bisa saja telah tertanam sesuatu yang lucu dengan sosok Jokowi ini.

Mari kita melihat lebih cepat pada momentum Jokowi mengumumkan telah menerima mandat dari Megawati untuk menjadi capres PDI Perjuangan. Apa yang menyebabkan televisi melakukan breaking news?

Pertama, pada saat Jokowi mengumumkan maju sebagai capres, ia sedang menjalankan tugasnya sebagai gubenur DKI Jakarta dan sedang berkunjung ke dusun Marunda Jakarta Utara. Yang menarik adalah Jokowi mengumumkan itu kepada wartawan di cagar budaya “Rumah Si Pitung” di Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara. Ia melakukannya di lokasi cagar budaya dengan pakian adat orang jakarte. Momentum yang terekam dalam gambar televisi, Jokowi mengenakan pakaian adat betawi, berbicara dengan ringan di hadapan awak media, kemudian ia mencium bendera merah putih. Suasana pengumuman pencapresan itu berlangsung sangat sederhana tanpa pengerahan massa dan tanpa seremoni khusus. Dari sisi gambar video, peristiwa ini terekam dengan urutan gambar (sequence shot) yang menarik dan lengkap.

Kedua, peristiwa pencapresan Jokowi telah menjadi polemik panjang, menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat bahkan di internal PDI Perjuangan, dan menjadi suatu informasi yang ditunggu-tunggu banyak orang. Informasi Jokowi maju sebagai calon presiden ini penting untuk menjawab pertanyaan berbagai kalangan yang selama ini menunggu siapakah sebenarnya capres PDI Perjuangan, Megawati atau Jokowi. Pengumuman pencapresan Jokowi juga sekaligus merupakan parade kebesaran PDI Perjuangan karena ternyata bukan politik dinasti Soekarno yang dimainkan. Tokoh yang muncul justru si kurus tinggi jangkung dan nyentrik Jokowi, bukan Megawati dan bukan juga Puan Maharani. Puan Maharani justru bertugas membacakan surat dari Megawati tentang penunjukan Jokowi menjadi capres PDI Perjuangan. Megawati melalui Puan memerintahkan seluruh kader PDI Perjuangan untuk mendukung dan memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2014. Publik mendapat pendidikan politik dan pemahaman baru tentang proses politik di internal PDI Perjuangan dan proses berdemokrasi di negeri ini.

Ketiga, pengumuman pencapresan Jokowi begitu dekat dengan momentum pemilu, dan menjelang kampanye pemilu legislatif. Jokowi sedang dalam sorotan public karena ia dijadwalkan akan berkampanye di berbagai kota besar di Indonesia, sementara ia masih melekat dengan tugas dan jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta. Selain itu, dalam konteks kedekatan secara psikologis, Jokowi sangat dekat dengan masyarakat DKI Jakarta. Ribuan masyaraakat DKI Jakarta masih menggantungkan harapannya pada Jokowi untuk menuntaskan berbagai persoalan yang saat ini sedang membelenggu ibu kota. Kemacetan, banjir, kemiskinan, dan berbagai problem sosial ibukota negara, belum tuntas. Ide-ide besar dan janji kampanye Jokowi-Ahok harus diwujudkan untuk menghadirkan Jakarta baru yang lebih baik. Warga Jakarta sangat berkepentingan dengan informasi Jokowi dicapreskan PDI Perjuangan.

Keempat, pencapresan Jokowi menggentarkan hati banyak capres dari partai politik lain, yang selama ini oleh berbagai survei capres telah menempatkan Jokowi pada urutan teratas, paling popular, paling disukai masyarakat, dan lainnya. Kehadiran Jokowi dalam bursa capres menyebabkan peta persaingan politik menjelang pemilu presiden tiba-tiba berubah. Strategi pemenangan dari berbagai partai politik harus dipetakan ulang.Karena itu, informasi Jokowi maju sebagai capres sangat penting bagi para kontestan peserta pemilu 2014.

Setidaknya empat point di atas, yang menyebabkan stasiun TV professional melakukan breaking news. Bahkan selain breaking news, pada jam-jam selanjutnya hingga sepanjang kurang lebih satu pekan ke depan, program-program berita TV menempatkan informasi pencapresan Jokowi pada segmen-segmenberita utama.

Peran Penonton TV

Berita tentang Jokowi yang mendominasi layar kaca televisi sebenarnya bukan saja kehendak atau keputusan editorial redaksi televisi. Sebenarnya penonton ikut menentukannya. Karena orang-orang di meja redaksi TV setiap hari bertarung untuk merebut hati penonton atau masyarakat luas. Sebuah tayangan program berita TV dinilai berhasil dan menarik, kalau program itu mendapatkan sebanyak-banyaknya penonton. Para professional TV dituntut untuk mengemas program TV semenarik mungkin sesuai keinginan penontonagar jumlah orang yang menonton program tersebut terus meningkat dan tidak pindah channel.

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur sebuah tayangan program TV apakah disukai penonton atau tidak adalah ratingdanshare. Rating dan share adalah aspek kuantitatif yang nilainya selalu dapat diketahui secara berkala, bisa setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Program TV yang paling banyak disukai dan ditonton masyarakat akan diketahui memiliki nilai rating dan share tinggi. Semakin tidak ditonton masyarakat, pengukuran akan menghasilkan nilai rendah pada rating dan share. Jika dilihat secara terpisah, rating program TV adalah rata-rata pemirsa yang menonton program yang ditayangkan, siapa saja yang menonton, dan berapa banyak jumlahnya. Share pemirsa adalah persentase kepemirsaan TV pada suatu program TV, digunakan untuk mengukur persentase pemirsa yang menonton program tertentu dibandingkan dengan program-program lainnya dalam periode waktu yang sama.

Jokowi berulang kali menjadi News Maker yang menyebabkan sebuah rating dan share program berita TV meningkat. Dalam banyak kasus, menempatkan berita gaya nyentrik Jokowi dan aksi-aksi blusukannya di segmen utama program berita TV, menghasilkan peningkatan nilai rating dan share. Artinya berita tentang Jokowi sebenarnya selalu ditonton dan disukai penonton TV. Andaikan semua penonton TV, setiap kali melihat Jokowi muncul di berita TV, lalu serta merta mengalihkan channel dengan menonton saluran program lainnya, maka pasti akan menghasilkan rating dan share yang rendah khusus pada program yang menayangkan Jokowi. Tetapi bukankah yang terjadi adalah sebaliknya? Rating dan share program TV memiliki kencenderungan meningkat karena berita Jokowi. Jokowi disukai mayoritas penonton sehingga sudah hampir pasti beritatentang Jokowi akan tetap setia menemani pemirsa. Jokowi tidak membayar sama sekali agar diberitakan sedemikian rupa oleh media massa. Jokowi hanya hadir dengan nilai berita yang tinggi dan disukai penonton.

Penulis adalah News Producer BeritaSatu TV, pernah menjabat Korda Metro TV, tinggal di Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun