Mohon tunggu...
Ety Handayaningsih
Ety Handayaningsih Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Fulltime Blogger

Ibu Dua Orang Putri | Blogger | http://etyabdoel.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hati – hati, Kabut Asap Selimuti Jalintim Indralaya – Palembang

8 September 2011   00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:09 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_128789" align="aligncenter" width="320" caption="Dok : Sripo Online"][/caption]

Tanggal 6 September saya sekeluarga pergi ke Palembang untuk bersilahturahmi dengan teman – teman. Satu – satunya jalan yang ada adalah Jalur Lintas Timur Sumatera yang panjangnya lebih 30 kilometer. Sepanjang jalan terdapat lahan kosong yang luas, sebagian besar adalah semak belukar dan lahan gambut yang jika kemarau mudah terbakar. Perjalanan hari itu terasa lebih panas, selain karena memang musim kemarau masih berlangsung juga disebabkan oleh adanya kebakaran lahan.

[caption id="attachment_128791" align="aligncenter" width="320" caption="Dok : Sripo Online"][/caption]

Yang saya lihat tidak hanya satu atau dua titik api. Tapi banyak, baik yang letaknya jauh dari jalan raya hingga yang terlihat hanya kepulan asap maupun yang dekat bahkan sangat dekat dengan jalan raya, hingga hawa panas itu terasa oleh kami yang naik sepeda motor.

Malam sebelumnya saya juga menyaksikan pemandangan yang sama. Kali ini di dekat terminal Indralaya. Sebuah lahan kosong terlihat sengaja dibakar, memang ada banyak orang yang menjaga lahan itu selama dibakar tapi bagi saya tetap saja aktifitas ini berbahaya dan menimbulkan polusi udara.

Dari sebuah berita di salah satu media online terdapat berita bahwa warga memang gemar membakar lahan untuk membersihkan rumput liar. Lahan itu nantinya akan mereka tanam kembali dengan tanaman seperti semangka, blewah dan lain – lain karena sebentar lagi musim hujan tiba.

Rupanya faktor manusia memang menjadi penyebab utama kebakaran lahan dan polusi udara. Kejadian ini sudah berlangsung lama setidaknya tujuh tahun terakhir ketika saya tinggal di Palembang. Saya mulai merasakan kabut asap, hampir setiap tahun terjadi. Namun seperti hal ini tidak dianggap sebagai kejadian serius yang membahayakan. Buktinya, selalu terulang dan tidak ada tindakan luar biasa dari pemerintah maupun masyarakat untuk menghentikannya. Kini, saya tinggal di Indralaya, ternyata kabut asap yang rasa rasakan semakin pekat karena sumbernya dekat dengan rumah.

Seperti yang terjadi di jalintim Palembang – Indralaya, ini merupakan jalur padat setiap harinya, kendaraan dari jawa maupun menuju jawa selalu lewat sini. Namun apa yang terjadi, kabut asap pekat menyelimuti sebagian jalan ini. Selain mengganggu pandangan, kabut asap ini juga mengganggu pernafasan. Lahan dibiarkan terbakar karena pemerintah kekurangan anggaran hingga upaya pemadaman pun tidak maksimal. Sebagian besar lahan yang terbakar ini tidak berpenghuni hingga tidak terlihat adanya upaya pemadaman. Api bahkan merembet sampai pinggir jalan, maka berhati – hatilah, usahakan jangan terlalu ke pinggir, agar tidak tersambar api berhubung angin juga cukup kencang.

Yang lebih parah, dalam perjalanan pulang ke rumah, masih di hari yang sama, api itu hampir membakar satu rumah di kilometer 26. Hingga asap hitam pekat mengganggu pengguna jalan, macet tidak bisa dihindarkan, semua harus berjalan pelan untuk menhindari kecelakaan dan hawa panas pun sangat terasa.

Jika anda melintasi jalur ini, berhati – hatilah, jaga kecepatan laju kendaraan karena jarak pandang terbatas, nyalakan lampu kendaraan agar bisa menembus kabut asap dengan lebih jelas. Jika anda menggunakan sepeda motor sebaiknya kenakan masker supaya asap itu tidak terhirup.

Demi keamanan saya dan anak – anak maka saya tidak jadi mengambil gambar sendiri. Gambar – gambar ini saya ambil dari sebuah media online.

Dari berbagai sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun