Salah satu cerita yang menarik adalah pemilihan tempat pembangunan venue yaitu di Jakabaring. Jakabaring adalah wilayah di seberang ulu atau di daerah hulu Sungai Musi. Pembangunan di wilayah hulu memang tertinggal di banding dengan wilayah hilir. Perlahan wilayah hulu terutama Jakabaring mulai ramai terutama setelah kantor – kantor pemerintahan dipindahkan ke sana. Menyusul pembangunan perumahan yang semakin benyak membuat wilayah ini terasa perkembangannya.
Jakabaring dahulu adalah daerah sepi dan ditakuti. Sebagian besar wilayahnya adalah rawa. Image sebagai wilayah sepi dan rawan kejahatan melekat pada Jakabaring. Hal ini diamini oleh masyarakat sekitar hingga muncul istilah Jakabaring sebagai “tempat jin membuang anak”. Pembangunan yang belum merata di sepanjang jalan membuat ada beberapa titik yang masih gelap gulita kala malam tiba. Tidak ada rumah - rumah ataupun gedung, hanya rawa kosong. Daerah inilah yang masih menakutkan. Semoga dengan semakin banyaknya sarana yang dibangun akan mampu merubah kehidupan dan image yang terlanjur melekat.
[caption id="attachment_140880" align="aligncenter" width="300" caption="Jakabaring Sport City,by: Sripoku.com"][/caption]
Di atas tanah rawa inilah sebuah kawasan olahraga nan megah dibangun. Ada wisma atlet, lapangan tenis, lapangan atletik, arena panjat tebing, lapangan voli pantai, lapangan tembak, veldron sepeda, dan kolam renang. Lengkap dan megah kesan itulah yang memang diinginkan oleh Sang Gubernur. Berhubung waktu yang tersedia amat singkat untuk mewujudkan ambisinya maka pembangunan dilakukan 24 jam. Sesuatu banget ya...
[caption id="attachment_140865" align="alignleft" width="300" caption="Wisma Atlet by: Sumsel Terkini.Com"][/caption]
[caption id="attachment_140873" align="alignright" width="300" caption="Lapangan Tenis, by: Skyscrapercity.com"][/caption]
Sayangnya, pembangunan yang menghabiskan dana besar harus dikejar – kejar waktu. Tanah rawa adalah tanah yang labil. Jika tidak diperhitungkan benar tingkat kelabilannya tentu akan membuat bangunan di atasnya retak bahkan amblas. Ini sudah dibuktikan retaknya bangunan di tribunpenonton di salah satu venue. Jika ini dialami oleh semua venue maka alangkah mubazirnya uang yang telah dihabiskan untuk pembangunan ini. Seandainya semua lebih terencana, hasil yang didapat tentu akan lebih baik.
Kawasan rawa itu memang akan semakin bersinar di malam hari. Namun apakah ini akan berlangsung selamanya, mengingat faktor keamanan masih menjadi momok di kawasan ini. Tunggu cerita selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H