Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Optimalisasi Bonus Demografi Sebagai Sumber Daya Manusia Handal

11 Oktober 2014   00:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:33 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412937291548300047

Pendahuluan

Sejaktahun 2010wacana tentang Bonus Demografi mulai disorot oleh beberapa Negara di dunia, terutama Negara yang berpenduduk padat, tanpa kecuali Indonesia. Oleh karenanya sejak tahun 1989 PBB telah menetapkan tanggal 11 Juli sebagai Hari Kependudukan Sedunia. Melalui moment Hari Kependudukan Sedunia ini, sejatinya tiap Negara mereview kembali program-program kependudukan. Hal ini juga berlaku bagi Indonesia, di mana Indonesia masih menempati urutan ke – 4 penduduk terbanyak, setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai angka 237,6 juta jiwa. Sejalan dengan itu, laju pertumbuhan penduduk Indonesia berada pada kisaran 1,49% atau rata-rata bertambah 3,2 juta /tahun. Sehingga di tahun 2014 ini perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah 251,4 juta jiwa. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat signifikan ini akan membawa Indonesia pada kondisi menguntungkan namun juga merugikan. Kondisi yang akan dihadapi oleh Indonesia dalam 10 atau 20 tahun ke depan adalah apa yang sering disebut sebagai Bonus Demografi.

Apakah yang dimaksud dengan Bonus Demografi ?

Bonus Demografi adalah suatu keadaan negara di mana jumlah usia produktifnya ( 15 – 64 th) lebih banyak dibanding usia non produktif ( 0 - 4 dan >65 ). Bonus Demografi di Indonesia sudah mulai dari tahun 2010, keadaan ini akan berlangsung hingga tahun 2030, bahkan maksimal 2035. Sebagaimana sudah penulis singgung di atas, bahwaBonus Demografi inidapat menguntungkan juga merugikan. Oleh sebab itu kita tidak boleh berlama-lama hanya berkutat pada teori kependudukan saja. Gerak cepat untuk segera mengambil langkah – langkah penanganan secara efektif dan berkesinambungan amat diperlukan. Sepertinya semua elemen bangsa dari hulu ke hilir harus mampu mengisi/mengantisipasi dalam menghadapi Bonus Demografi ini.

Permasalahan

Bonus Demografi yang sudah diprediksi oleh banyak ahli kependudukan bakal terjadi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Di Indonesia sendiri tercatat akan memiliki jumlah penduduk usia produktif sekitar 69 persen atau 175 juta jiwa dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini berarti, Indonesia akan memiliki jumlah usia produktif atau usia angkatan kerja yang sangat besar. Dari usia produktif tersebut, terdiri dari para remaja ( 15 – 20 thn ) dan generasi muda ( 20 – 27 thn ). Sedangkan sisanya ditempati oleh usia non produktif yaitu usia anak - anak dan lansia. Usia non produktif ini menjadi sebuah beban yang akan ditanggung oleh usia produktif. Nah, dari sinilah permasalahan itu muncul. Banyaknya usia produktif dapat menimbulkan permasalahan social apabila tidak dikelola dengan baik.Dampak – dampak negatif pun akan bermunculan, seperti meningkatnya pengangguran, stabilitas keamanan, tidak terpenuhinya lembaga pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Dampak negatif ini tentu saja akan merambat pada skala nasional, yang berakibat pada perpecahan bangsa.

Sudah barang tentu, kita sebagai warga Negara tidak menginginkan dampak negatif terjadi pada Bangsa ini. Sebab itu sangat diperlukan pengelolaan yang baik, merata dan berkesinambungan. Jadi, pekerjaan rumah bangsa ini adalah mengelola Bonus Demografi tersebut yang tidak lain berupa Sumber Daya Manusia. Bukankah bangsa ini terkenal dengan Sumber Daya Alam yang melimpah ? Apalah artinya semua Sumber Daya Alam itu jika manusianya tidak dapat mengolah dengan baik.Dan untuk mengelola Sumber Daya Alam tersebut dibutuhkan manusia-manusia yang ahli dan berkompeten dalam bidangnya.

Pada akhirnya titik terang tentang pengelolaan Bonus Demografi terpecahkan. Tentu saja dalam mengelola Bonus Demografi ini tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh kerjasama yang baik antara Pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Bahkan pihak swasta pun dapat ikut ambil bagian dalam memanfaatkan Bonus Demografi agar lebih terarah.

Sejatinya Bonus Demografi ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin baik oleh Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah. Akan tetapi pemanfaatan ini bukan tanpa syarat dan kerja keras. Semuanya dapat direalisasikan dengan menyiapkan kebijakan-kebijakan seperti : memperkuat investasi di bidang kesehatan, pendidikan, kemandirian pangan, ketenagakerjaan dan sebagainya.

Peran BKKBN

Sebagai badan lembaga Pemerintah, BKKBN harus berada di garis terdepan dalam menyongsong Bonus Demografi ini. BKKBN harus bisa menjadi pioneer atau penggerak untuk mengoptimalisasi Bonus Demografi. Selain terus menjalankan program-proram yang sudah ada, BKKBN juga harus menyiapkan terobosan baru. Adapun terobosan yang bisa penulis sarankan di sini adalah :

1.Program Pengendalian Pertumbuhan Penduduk ( KB )

Keluarga Berencana atau sering disingkat KB adalah program jangka panjang yang terus menerus digalakkan. Rasanya hampir seluruh masyarakat Indonesia sangat mengenal program andalan BKKBN dalam menekan angka kelahiran. Sebagaimana yang penulis ketahui, program KB ini lebih menitik beratkan kepada kaum ibu. Kebanyakan produk-produk berupa alat kontrasepsi ini hanya diperuntukkan bagi kaum ibu, sebut saja ada pil, suntik, spiral dan lainnya. Berdasarkan analisa sederhana yang penulis lakukan, sebaiknya kaum bapak juga didorong untuk menggunakan alat kontrasepsi. Meskipun sudah dilaksanakan namun hasilnya masih sangat minim.

Sepertinya saat ini edukasi kepada kaum bapak harus lebih digiatkan, misalnya dengan mengadakan acara nonton bola atau pertandingan olah raga. Pengalaman yang penulis dapat dari kaum ibu di lingkungan, mereka sudah memiliki kesadaran tinggi untuk ber KB. Mungkin ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi BKKBN untuk menyeimbangkan edukasi tentang program KB.

2.Program Peningkatan Gizi Bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Bukan tanpa sebab, apabila penulis ingin sekali memperkenalkan program peningkatan gizi bagi ibu hamil dan menyusui. Entah ada atau tidak, tapi melalui pengamatan yang penulis lakukan baik itu di Puskesmas atau di Posyandu, rasanya program ini masih belum nyata. Padahal sebagaimana diketahui bahwa ibu hamil dan menyusui memerlukan gizi berlipat – lipat. Dalam hal ini BKKBN bisa menggandeng pihak swasta untuk berperan serta, seperti produsen susu atau suplemen. Pemenuhan gizi yang baik dan seimbang bagi ibu hamil dan menyusui sangat mutlak diperlukan, karena bakal manusia yang akan dilahirkannya bisa menjadi manusia sehat jasmani dan rohani.

3.Mensosialisasikan Bonus Demografi Kepada Remaja

Karena Bonus Demografi ini akan didominasi oleh usia produktif yaitu remaja dan angkatan kerja, maka sudah selayaknya mereka juga mengetahuinya. Selain mensosialisasikan tentang Bonus Demografi, ada baiknya BKKBN juga mengadakan pelatihan industri kreatif bagi remaja dan angkatan kerja. Seperti beberapa program yang penulis sarankan di atas, BKKBN juga dapat menggandeng pihak terkait atau pihak swasta.

4.Memberikan Penghargaan Bagi Propinsi Yang Berhasil Menekan Angka Pertumbuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun