[caption id="attachment_357144" align="aligncenter" width="490" caption="Sumber: www.anazkia.com"][/caption]
Anazkia (32), warga Kecamatan Kramatwatu, Serang Banten, adalah simbol TKI mandiri. Mencoba peruntungan di negeri orang dengan menjadi TKI sudah dilakoninya selama tujuh tahun. Keputusannya untuk bekerja ke luar negeri bukan tanpa sebab. Bagi Anazkia, apa pun itu semuanya akan dilakukan dengan niat ikhlas. Dia tidak pernah merasa tersisih dengan keputusan hidupnya itu, bahkan sebaliknya dilakoninya dengan penuh syukur. Perasaan syukur inilah yang telah menumbuhkan rasa percaya diridalam dirinya, perasaan yang jarang dimiliki oleh seorang TKI.Perempuan yang terlahir dengan nama Eli Yuliana ini tidak pernah memiliki cita-cita tinggi. Perjalanan hidupnya ditapaki bagai air mengalir. Pengalaman adalah guru terbaiknya, terutama saat dia mencari penghidupan di negeri orang. Menjadi TKI juga bukan merupakan cita-cita apalagi impiannya. Namun begitu semua dijalaninya dengan kehati-hatian.
Sebelum berangkat ke negeri orang, Anazkia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, termasuk urusan komunikasi dan administrasi. Salah satu persiapan yang dia buat yaitu dengan belajar internet dan memiliki email. Dari situlah dia mengawali pengembaraannya di dunia maya mulai dari Yahoo Messenger (YM), Milis dan sampailah ke dunia perbloggingan. Pemikiran yang sangat tajam bagi seorang TKI, hal ini dikarenakan banyaknya berita negatif tentang TKI yang didengarnya.Dia juga tidak mau terpaku oleh keterbelakangan teknologi informasi dalam hal ini internet. Dia berpikir, kalau memang seorang TKI sulit untuk menambah ilmu belajar secara formal, mungkin internet bisa dijadikan jembatan untuk mencapai ilmu lainnya. Anazkia tidak mau embel-embel TKI mengurungnya dan membelenggunya. Dunia mahaluas dengan sebaran ilmu di mana-mana, hanya tinggal niat dan usaha dalam diri saja.
Sejak saat itulah nama Anazkia menjadi begitu populer di dunia maya dengan segudang prestasi dan aktivitasnya. Dia juga mengubah nama aslinya dengan nama Anazkia Aja. Tidak cukup sampai di situ, Anazkia populer juga di beberapa kanal media online seperti Kompasiana dan Blogdetik. Selain itu Anazkia juga menjadi koordinator Blogger Hibah Buku. Di mana komunitas tersebut merupakan komunitas sosial dunia maya yang bergerak mengumpulkan buku kemudian menyalurkannya ke tempat-tempat terpencil yang membutuhkan buku. Beberapa tempat yang sudah dikunjunginya dalam rangka hibah buku yaitu Kepulauan Meranti-Riau, Fakfak Karas Papua Barat, Siblah Kreung Aceh Barat, Abeuk-Reuling Kecamatan Sawang, Kalimantan, Sumba, Pulau Tegal, Lampung, Kediri, Pati, Semarang, dan masih banyak lagi.Anazkia tidak hanya bertindak sebagai koordinator saja akan tetapi juga menjadi petugas pelaksana. Dalam komunitas tersebut ia pernah mendapat penghargaan sebagai salah satu Komunitas paling berjasa di media sosial pada ajang Kompasianival November 2012 yang diadakan oleh media online Kompasiana.
Takjub! Mungkin kata itulah yang pertama kali tersirat dalam kalbu saya, ketika saya mengenal Anazkia untuk pertama kalinya. Pertemuan pertama yang irit dengan percakapan itu, membuat saya penasaran tentang siapa Anazkia dan apa aktivitasnya sampai namanya begitu populer di dunia maya. Anazkia telah memiliki beberapa pencapaian di dunia maya, di antaranya adalah Mpers paling gaul (eks multiply 2011), terpilih mewakili TKI untuk video dokumenter Diaspora Indonesia dan terakhir Srikandi Blogger Terfavorit (2013).
Perempuan yang memiliki kalimat motivasi “Tak perlu menunggu kaya untuk berbagi dengan sesama” ini terus menjalankan aktivitasnya di dunia perbukuan. Dengan melupakan rasa lelah dan menimbun rasa malu, Anazkia terus membagikan buku ke berbagai wilayah, terutama wilayah yang tertinggal.Selain aktivitasnya di dunia maya, Anazkia juga sering terjun langsung ke lapangan untuk acara-acara sedekah ilmu. Siapa nyana kalau semua itu dilakukan oleh seorang mantan TKI. Sejatinya apa yang telah dilakukan oleh Anazkia dapat menginspirasi perempuan lain, baik seprofesi maupun tidak. Namun, dalam balutan kesederhanaan Anazkia hanya menyerahkan semua itu pada individu masing-masing. Sebab menurutnya semua orang punya hak untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Hal ini disebabkan karena dia selalu merasa dirinya belum cukup sempurna dalam menjalankan hidup. Menurutnya lagi, setiap orang bisa menjadi inspirasi. Dia juga masih harus banyak belajar dan terus mengembangkan dirinya, baik itu di dunia maya maupun di dunia nyata.
Apa yang dikerjakannya masih terbilang sangat minim, karena banyaknya keterbatasan. Dia juga masih memiliki cita-cita jangka panjang yang terus diperjuangkannya, yaitu ingin membesarkan “Blogger Hibah Buku” agar semua masyarakat Indonesia cinta membaca. Sampai di sini saya juga masih takjub karena apa yang telah dilakukan Anazkia tidak memiliki progress. Seperti sudah terungkap di atas, mengalir begitu saja. Tapi ternyata usaha keras yang nonbenefit ini membuahkan hasil begitu manis. Bukan sebuah piagam atau piala, tapi kesenangan batin di mana tidak setiap orang bisa memahaminya. Usaha yang tidak melahirkan sebuah keuntungan materi tapi lebih dari itu, pahala dan kemuliaan Allah. Siapa pun yang mengenalnya pasti akan iri dengan kemandirian dan percaya dirinya. Bagaimana mungkin seorang perempuan desa tanpa ijazah tinggi tapi sanggup dan mampu melayani mereka yang haus ilmu.
Belajar tanpa batas bukan hanya sebagai slogan belaka, Anazkia sudah membuktikannya. Anazkia patut menjadi contoh bagi teman-teman TKI yang lain. Tidak malu untuk terus belajar sekalipun sebagai seorang mantan TKI. Anazkia adalah perempuan TKI yang mampu mendobrak sebuah keniscayaan menjadi harapan. TKI mandiri, kuat dan percaya diri dalam menjalankan karier di negeri orang. Kini dengan segala keterbatasan Anazkia terus memberikan sebutir ilmu lewat “Blogger Hibah Buku”. Sukses selalu buat Anazkia, teruslah berbuat tanpa tahu orang lain melihat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H