Soal gaya bahasa jangan ditanya deh, ceritanya mengalir, enak dibaca dan mudah dimengerti. Bukankah buku ini ditulis oleh warga biasa, dengan begitu para penulis benar-benar bertemu langsung dengan narasumber. Di sinilah letak kelebihan buku ini, sentuhan dari narasumber benar-benar terasa sampai ke pembaca. Kisah Bu Siti Rochanah misalnya, ia berhasil bangkit dari kesedihan sepeninggal suami yang menjadi tulang punggung keluarga. Kompasianer Agung Budi Santoso, menuliskan kisah Bu Siti dengan bahasa sederhana, menyentuh hingga semangat kembali. ( Halaman 68 )
Keunikan buku ini bukan hanya sekedar menceritakan perjalanan usaha saja. Tapi juga jatuh bangun dalam mencapai kesuksesan. Saya cukup terhenyak setelah tahu bahwa banyak sekali masyarakat Indonesia yang memiliki daya juang cukup tinggi. Emang sih bukan berjuang melawan penjajah lagi tapi melawan diri sendiri. Bangkit dari keterpurukan dan keniscayaan menjadi andalan kisah dalam buku ini.
Sedikit saja kekurangan dari buku ini, kisah-kisah yang disajikan masih didominasi oleh pengusaha di Pulau Jawa. Sedangkan di luar Jawa hanya satu dua kisah saja, semoga dalam buku berikutnya hal ini bisa diperhatikan kembali. Saya juga menemui kesalahan cetak, di halaman 17 berupa paragraf yang loncat. Tapi itu tidak mengurangi kekhusukan pembaca, karena buku ini sarat dengan inspirasi.
Terakhir, masuk dalam kategori inspiratif buku ini sukses membuat pembaca paham bagaimana caranya menjadi diri lebih berdaya guna. Pembaca juga diajak untuk bisa mengaktualisasikan diri terutama dalam kondisi dan situasi yang tak biasa. @etybudiharjo
Rating Buku :Â
**** Â 4 dari 5 bintang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H