#AADC2 insparazzi.com
“Kamu mau ajak saya kemana sih, pake motor segala,”desak Cinta penuh tanya
“Ntar juga tau,”jawab Rangga dengan senyum khasnya.
Tak berapa lama mereka sudah meluncur di jalan beraspal yang sedikit licin. Beruntungnya motor matik yang mereka tumpangi menggunakan ban tubeless di depan maupun di belakang. Jalan masih terus lurus, hanya sedikit saja berkelok. Dengan pencahayaan yang optimal ( lebih terang 90% dari lampu biasa ) namun minim penggunaan energi, merupakan kinerja dari Dual Keen Eyes LED Headlight. Salah satu performa motor yang sekarang sedang dikendarainya. Siapa sangka jika embun mempertemukannya kembali pada Cinta. Embun yang kerap datang sesaat pagi menjelang. Tak kuasa bertahan akhirnya ia berhasil memecah rindu dengan Cinta.
Udara dingin mulai memeluk keduanya. Waktu beranjak pagi. Tapi itu tidak menjadikan mereka lelah, bahkan sebaliknya. Canda dan tawa mengiringi pertemuan mereka. Pertemuan yang tanpa disangka setelah empat belas tahun berpisah. Ah, semoga semua akan menjadi jelas tentang waktu yang tersita di antara mereka.
Cinta hampir tidak percaya bila Rangga bisa segesit ini mengendarai motor. Tadi, sewaktu malam belum turun Cinta sempat melihat design motor yang premium, tajam dan futuristik. Tidak gemuk juga tidak terlalu kurus ( Fit Size Commuter ). Dan yang membuat Cinta lebih tidak percaya, Rangga membawanya travelling ke luar kota Yogyakarta. Padahal kedatangan Cinta ke kota gudeg ini ingin reuni dengan teman-teman semasa SMA dulu. Begitu banyak tanya di sana, menyeruak antara dinding pasti dan salah.
Setelah hampir setengah jam perjalanan kurang lebih 52 kilometer, mereka berhenti di sebuah kedai kopi. Cinta melepas helm yang dipakainya dan menyerahkannya pada Rangga. Rangga membuka jok motor lalu meletakkan helm di situ. “Emang muat taruh di situ,”tanya Cinta ragu. “Muatlah…kapasitas bagasinya kan besar 18 liter. Bukan itu aja Ta, motor ini juga dilengkapi dengan kunci bermagnet. Fungsinya untuk menghindari pencurian. Kuncinya juga terintegrasi dengan tombol pembuka bagasi. Pokoknya semua amanlah,”jelas Rangga, masih tersenyum. Mendengar celoteh Rangga begitu, Cinta hanya mampu tersenyum. “Masuk yuk…,”ajak Cinta.
Lalu, keduanya sudah duduk saling berhadapan dengan segelas kopi panas. “Gimana perjalanannya, capek nggak,”tanya Rangga. “Hmmm…lumayan. “Apanya yang lumayan,”goda Rangga. “Nyaman dan aman, udah ah nanya terus. Kayak wartawan aja,”ujar Cinta tersipu malu.