Dipandang dari sudut kacamata manusia, rasanya apa yang diterima oleh OYPMK sangat tidak pantas bahkan jauh dari kepantasan. Mereka juga manusia yang memiliki hak hidup lebih layak dan lebih baik. Jauh dari sekedar pantas, mereka juga punya hak, harga diri dan derajat yang sama di mata Allah. Saya benar-benar takjub dengan pandangan Hafiza dan teman-temannya ini. Bangga dan haru menyeruak dalam sanubari saya, ternyata saat ini masih ada akademisi yang peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Mereka berani berbuat sementara masyarakat banyak yang mengucilkan OYPMK. Nampaknya secercah harapan mulai muncul di sudut Kampung Kusta Sitanala.
Harapan itu Selalu Ada
Melihat semangat yang dipancarkan oleh OYPMK, Hafiza akhirnya mendirikan Nalacity Foundation pada tahun 2011. Nalacity Foundation merupakan sebuah proyek sosial yang fokus pada program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan skill/keterampilan. Namun seiring berjalannya waktu, Nalacity Foundation tidak hanya fokus pada pemberdayaan semata. Hampir seluruh masalah yang dihadapi oleh OYPMK ditangani oleh Nalacity.
Seperti yang saya saksikan sendiri kemarin, pada saat pertemuan rutin setiap seminggu sekali, Hafiza dengan penuh kesabaran mendengarkan keluh kesah dari mereka. Dari mulai biaya sekolah, kesehatan bahkan pemakaian kaki palsu. Bisa dibayangkan banyak sekali problem yang dipikul oleh Hafiza dengan Nalacitynya itu. Namun semua itu tidak melunturkan semangat dan kecantikan paras perempuan peraih penghargaan MBM Challenge kategori industri kreatif tahun 2012 lalu.
Saya juga melihat, bahwa tidak ada batas sama sekali antara Hafiza dan ibu-ibu itu. Wajah Hafiza yang sudah berpeluh terus menebarkan senyum dan semangat, sama sekali tidak ada guratan takut tertular. Semua dilakoni dengan penuh rasa tanggung jawab disertai dengan solusi. Bagi Hafiza proyek sosial ini sudah merupakan amanah untuk mengangkat derajat kaum OYPMK. Derajat yang selama ini hilang karena sikap diskriminasi masyarakat.
Hafiza berharap bahwa pelatihan yang telah dilakukannya ini membawa dampak positif bagi OYPMK. Kaum OYPMK ini juga ingin merasakan kembali hidup normal layaknya masyarakat yang lain. Kehidupan yang mereka jalani sudah cukup sulit, ditambah lagi dengan status yang disandangnya sebagai OYPMK. Mereka sudah sangat lama merasakan tidak dihargai atas jerih payahnya dan dianggap sebagai manusia pembawa malapetaka.
Mereka bukan hanya dikucilkan oleh masyarakat tapi juga oleh keluarganya sendiri. Mereka juga tidak bisa bekerja seperti orang normal lainnya, padahal mereka bisa melakukannya. Dan yang membuat mereka semakin terpuruk bahwa hasil olahan tangan mereka jarang ada yang berminat. Jangankan berminat, dilirik saja tidak. “Produknya siapa ? Apa ? Penderita kusta ? Ah…nggak jadi deh.” Kalimat-kalimat semacam itu sudah sering sekali mereka dengar.
Dalam pertemuan kemarin, setelah Hafiza memberikan penyuluhan tentang kesehatan, kegiatan dilanjutkan dengan kuis inetraktif. Kuis tersebut berisi pertanyaan tentang harapan, kemampuan yang dimiliki, hambatan dan kebutuhan para OYPMK. Saya sempat tergugu, melihat mereka menuliskan kuis interaktif dengan jari tidak utuh. Butuh waktu lama untuk mengukir satu huruf, tapi semua itu tetap mereka lakukan. Saya yang masih terus mengikuti kegiatan tersebut melihat betapa mereka juga ingin disejajarkan dengan lainnya. Mereka lupa dengan keterbatasan yang mereka miliki, ada canda, ada tawa.