Mohon tunggu...
Ety Melianti
Ety Melianti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I'm a student at University of Muhammadiyah Sorong in Sorong-Papua Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lihatlah Lebih Dekat

25 November 2013   16:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengajar itu sulit? Atau mendidik lebih sulit? Sejenak coba kita renungkan pertanyaan tersebut, dimana letak kesulitanya.

Mengajar dan mendidik merupakan dua kata yang hampir memiliki kesamaan tetapi berbeda. Mengajar merupakan aktivitas dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa pelajar dari awal jam pelajaran hingga akhir pelajaran.

Berbeda dengan mendidik yang bukan hanya sekedar mentransfer materi pembelajaran, tetapi lebih memiliki cakupan yang luas mengenai keterampilan hingga siswa dapat belajar secara mandiri, juga turutmenanamkan nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur kepada siswa.

Dalam dunia pendidikan, seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajarkan materi yang di kuasai kepada siswanya tetapi juga mampu untuk memberikan didikan baik berupa moral maupun spiritual untuk menumbuh kembangkan perilaku dan pemikiran yang senantiasa positif. InsyaAllah……

Saya adalah salah satu Mahasiswa PML jurusan Bahasa Inggris yang tahun ini turun lapangan pada Sekolah Menengah Pertama berbasis spiritual di Sorong-Papua, dan di berikan tanggung jawab oleh guru pamong pada kelas VII B yang bagi saya merupakan Pe-er. Tidak hanya sekedar mengajar pada sekolah tersebut, saya juga memanfaatkan kesempatan untuk mengamati tingkah laku siswa sehari-hari di lingkungan sekolah.

Seperti kebanyakan siswa Sekolah Menengah Pertama lainnya, kenakalan dan ulah yang di lakukan siswa setiap harinya di sekolah menjadi tanggung jawab guru seutuhnya untuk memberikan didikkan sehingga kenakalan-kenakalan tersebut bukan menjadi sebuah kebiasaan rutin. Setiap kali ada saja kelakuan siswa yang menjadi perhatian pihak sekolah terutama guru pada bagian kesiswaan. Dari ulah yang dilakukan pada proses belajar-mengajar di dalam kelas, luar kelas (lingkungan sekolah), maupun di luar sekolah yang pastinya juga membawa nama sekolah. Sudah tentu ini menjadi tugas guru dalam menyelesaikan dan mencari solusi dalam segala bentuk permasalahan. Dan cara didikkan dari guru dapat menjadi sebuah penentu keberhasilan.

Saya mengamati beberapa kasus kenakalan yang di lakukan oleh siswa ketika proses belajar-mengajar berlangsung didalam kelas. termasuk ada siswa yang tidak mau mendengar instruksi guru dalam memberikan materi bahkan balik berkomentar, membuat suasana kelas rusuh dengan keributan yang diciptakan, bahkan sulit sekali diatur. Memang, seyogyanya hal-hal tersebut lumrah merupakan bagian dari siswa remaja labil yang sedang dalam pencarian jati diri. Bahkan keaktifan dan kepribadian siswa dapat terbentuk dari setiap tindak laku mereka sehari-hari terutama di sekolah yang merupakan lingkungan social dimana banyak di temukan persamaan dan perbedaan sifat dan karakter. Jika di telusuri, setiap kelakuan siswa secara pribadi selalu memiliki alasan, apa yang diperbuat pasti ada alasannya, entah karena factor intern di lingkungan rumah yang kurangnya perhatian dari keluarga hingga ingin mendapatkan perhatian bapak/ibu guru di sekolah, atau karena factor extern dari luar rumah misalnya pergaulan dan pertemanan yang salah.

Saat ini saya seperti terbiasa dengan situasi tersebut, mungkin karena dijadikan pembelajaran ketika di awal-awal pertama saya membuang habis suara saya dengan tujuan agar siswa tenang dan mendengarkan. Tetapi, nampaknya itu semua sia-sia dan justru saya yang kewalahan. Hingga akhirnya saya memakai cara yang tidak perlu lagi membuang tenaga untuk berteriak-teriak. Saya mengubah strategi mengajar saya yang lebih santai namun tetap tegas. Cukup berhasil untuk kelas VII.

Berbeda pada kelas VIII yang mana pada setiap kelas terdapat beberapa siswa yang sangat terkenal dengan kenakalannya. Pernah ketika saya berkesempatan mengobservasi mahasiswa PML yang lainnya untuk jurusan Matematika, kami sempat menghadapi seorang siswa yang terkenal kebal dengan teguran dari guru, sulit diatur, dan selalu bertindak semaunya, akhirnya kami sempat mengatakan untuk memanggil orang tuanya (ayah/ibunya). Dan entah kenapa ketika mendengar nama ayahnya disebut siswa tersebut begitu marah sampai-sampai ia berkata “jangan ibu bawa nama ayah saya, dalam masalah saya”, sebuah pernyataan yang sontak membuat kami terperangah dan bertanya-tanya. Ada juga siswa yang sudah diserahkan oleh orang tuanya kepada pihak sekolah untuk di jaga, karena kedua orang tuanya sudah berpisah dan ayahnya bekerja di luar kota hingga jarang pulang. Adapula siswa yang sering sakit-sakitan, jarang sarapan, dan tidak di ketahui oleh keluarganya.

Banyak permasalahan siswa yang saya dapatkan pada sekolah tersebut, dan saya banyak belajar bahwa begitu pentingnya peranan orang tua di rumah dan peranan guru di sekolah. karena apa yang di ajarkan dan di didik, itu yang akan membentuk karakter dan pribadi siswa.

Jika kita dapat lebih mengamati, sering kita menjumpai dalam suatu kelas ada beberapa siswa yang begitu pintar, begitu rapi, bahkan begitu nakal. Tapi tahukah kita apa yang melatari siswa yang terbentuk seperti itu ? tak jarang banyak yang menjudge tanpa mengetahui apa yang ada di belakangnya.

Guru merupakan orang tua anak di sekolah, disinilah hal-hal yang menjadi perhatian penting bagi pihak sekolah terutama guru, bahwa bukan hanya sekedar mengajarkan materi dan ilmu pengetahuan yang menjadi tugas mulia seorang guru, tetapi seberapa mampu kah seorang guru dapat melihat dan merasakan lebih dekat serta mendidik dengan hati.

1385372909597859499
1385372909597859499

Ety Melianti yang akrab dipanggil Melly, lahir di Muara Enim, Sum-Sel.bersama orang tua yang bertugas berada hingga di Bumi Cendrawasih dengan dedikasi tinggi untuk melihat bentuk dari pendidikan di Papua terkhusus Sorong (Papua-Barat) . saat ini tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Sorong jurusan Bahasa Inggris.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun