Mohon tunggu...
Muhammad Eko Avianto
Muhammad Eko Avianto Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya hanya ingin menyampaikan bahwa waktu kita terlalu berharga untuk mendebat orang-orang yang memang tidak ingin mencari kebenaran. Dan bila kita menemui komentar-komentar yang menyerang Islam di internet, janganlah terburu-buru untuk mendebatnya, karena itulah yang mereka inginkan. Bila kita menemui komentar apapun di internet, maka ada dua pilihan:\r\n1) bila kita suka kita baca dan amalkan,\r\n2) bila kita tidak suka tutup saja.\r\n\r\nhttp://ettoavi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ahli Neraka Koq Makamnya Di Sebelah Nabi?

24 Februari 2015   22:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:34 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dr.Piprim Yanuarso dalam status facebooknya menulis:

"Ada seorang Syi'ah warga negara Iran berangkat ibadah umroh. Ketika tiba di masjid Nabawi dia berziarah ke makam Rasulullah saw. Dia heran ketika melihat di sebelah makam Rasulullah saw tsb ada makam Sahabat Abu
Bakar Shiddiq ra. dan Umar ibn Al Khattab ra. Koq aneh ya, dua orang musuh Nabi ini yang selalu didoakannya agar keduanya masuk nerak (begitu dia didoktrin di negaranya) dimakamkan di sebelah Nabi saw. Kalo
orang ahli neraka kenapa makamnya di sebelah Nabi saw? Lalu dia merenungkan hal ini secara mendalam. Akhirnya dia bertaubat dan keluar dari Syi'ah. Alhamdulillah hidayah Allah menyapanya."

Memang sungguh aneh jika semua sahabat yang dipuji oleh Nabi Shalallahu 'allaihiwasalam justeru mereka laknat dan didoakan keneraka. Sungguh indah jika semua umat muslim ini bisa bersatu. Kita akui bahwa ada banyak perbedaan pada golongan-golongan tapi sepanjang perbedaan-perbedaan itu masih berkutat disekitar masalah furu tidak lantas membuat kita saling menghujat, memusuhi dan menimbulkan perdebatan panjang yang tak berujung.

Hampir setiap orang berpendapat bahwa dalam perdebatan harus ada yang kalah dan menang sehingga untuk itu diperlukan "senjata". Perbedaan orang ber-ilmu dengan orang jahil adalah mereka dengan keilmuannya ia sanggup menahan diri dan hujah adalah senjata mereka, sebaliknya orang jahil (tidak tahu apa-apa), karena mereka tidak punya landasan ilmu dan pengetahuan yang memadai sebagai referensi lebih mengedepankan emosi, otot dan ngotot sebagai senjata mereka.

Imam Syafi’i  pernah berkata kepada Abu Musa.

يَا أَبَا مُوْسَى، أَلاَ يَسْتَقِيْمُ أَنْ نَكُوْنَ إِخْوَانًا وَإِنْ لَمْ نَتَّفِقْ فِيْ مَسْأَلَةٍ

“Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?” (Siyar A’lamin Nubala’, 10: 16).

Berbeda dengan syiah. perbedaan mereka terletak pada ushulludin sehingga tidak bisa ditolerir. Bisa dibayangkan jika ahlussunnah yang begitu menghormati para sahabat Nabi tapi ada kelompok lain yang justeru mencaci maki bahkan mendoakan mereka keneraka, nah bagaimana mungkin dua kutub yang berseberangan ini bisa dipertemukan. Kontroversi Sunni-Syiah di media sosialpun kembali mencuat pasca diserangnya Majelis Az Zikra oleh sekelompok preman yang diduga orang-orang syiah. Sosial Mediapun kian ramai. Mereka yang bersimpati karena menginginkan kedamaian -entah faham atau tidak dengan permasalahannya- berkomentar : "Sudahlah, Lakum Dinukum Waliyadin Aja"

Diantara kita pasti ada yang ingat penyerangan kantor pusat majalah satir Perancis Charlie Hebdo. Mereka diserang sekelompok orang yang tidak rela Nabinya diperolok-olok. Sedangkan penganut kebebasan menginginkan kebebasan seperti menghirup udara segar.

Sungguh ironis, disatu sisi kita ingin hidup damai tapi disisi lain ada hal-hal yang tidak bisa kita toleransikan. Tulisan ini adalah sudut pandang saya pribadi dan sama sekali tidak mewakili kelompok tertentu. Kita tahu bahwa agama adalah keyakinan yang bersifat imperatif yang memaksa penganutnya untuk taat tanpa banyak cakap. Dan agama bukanlah hal yang bisa kita perbuat atau kita ubah dan disesuaikan sekehendak hati. Ia datang dengan wahyu ilahi bukan dengan pemikiran manusia yang gemar berkata bagusnya begini atau bagusnya begitu. wallahu 'alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun