Mohon tunggu...
President Archutisme
President Archutisme Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

etta archut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mie Instan Seduh dan Hujan

10 Desember 2014   20:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

musim penghujan tiba, pun banyak musim yang mengikut dibelakangnya seperti musim banjir, musim buah, mungkin juga musim nikah.

musim hujan yang indentik dengan dingin dan kemalasan bagi sebagian orang, membuat kita hnya ingin berdiam diri dirumah, berselimut dan rahang serasa terus ingin mengunyah dan perut terus ingin diisi.

musim penghujan beruntung bagi mereka yang sudah berkeluarga apalagi pengantin baru, duh syahdunya, serasa dunia milik mereka berdua, yang lain ngontrak.

soal kemesraan dan kenikmatan musim hujan bagi mereka sang pengantin baru, biarkan mereka yang merasakannya, maaf saya tidak punya pengalaman untuk dituliskan.

sebagai seorang  jejaka saat musim hujan saya banyak  berpuasa, puasa dari imajinasi yang membayangkan kesenangan mereka pengantin baru itu, ahhhhh...sudahlah, aku tak ingin membayangkan...nikmatnya....oohhhh dingin Tuhan..

dingin mulai menyerang, perut keroncongan, sepertinya butuh yang hangat-hangat, hujan terus saja mengguyur, semakin dingin dan semakin menggigil saja usus dan lambung.

kehangatan apa yang aku butuhkan?, perut dan dibawah perut, sepertinya begitu, tapi yang bisa aku penuhi hanya kebutuhan perut, untuk dibawah perut aku sedang berpuasa.

kali ini aku putuskan untuk menyantap mie instan yang kemarin kubeli di ga'de samping rumah, sepertinya asyik untuk diseduh.

namanya juga jejaka, mau makan usaha sendiri dong, nyalakan kompor, siapkan panci, beberapa saata kemudian seduh mie dan mie siap untuk disantap(maaf cara masaknya tidak teratur, kn nanti ada memasak buatku).

semangkuk mie instan hangat siap untuk dihantam, sepertinya wawww u ntuk berkeringat dengan beberapa cabai hijau yang kucampur, tak peduli akan sakit perut, toh air sudah melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun