Mohon tunggu...
Etna Rufiati
Etna Rufiati Mohon Tunggu... Lainnya - Purna tugas dari SMAN 16 sebagai guru kimia

Saya sudah purna tugas dari SMAN 16 Surabaya sebagai guru kimia. Namun saya masih ingin menjadi guru hingga akhir hayat. Saya senang menulis apa saja yang bernuansa pendidikan. Catatan harian tentang pengalaman hidup Insya Allah secara bertahap akan saya tulis di sini. Semoga bermanfaat bagi pendidikan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyikapi Kegiatan Rutin

15 November 2013   08:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:09 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan rutin seringkali membuat seseorang menjadi jenuh dan akhirnya bosan, sedangkan setiap hari kita selalu melakukan kegiatan rutin. Kalau kita merasa bosan dengan kegiatan rutin, tentunya setiap hari kita selalu dihinggapi rasa bosan. Ketika kita sedang bosan, apa yang terjadi dengan diri kita? Bagaimana pikiran dan perasaan kita saat itu?

Kegiatan rutin apa yang sering membosankan? Apakah belajar, bekerja, sebagian dari pelajaran atau pekerjaan kita? Bisa jadi memang ada hal-hal diantara pelajaran/pekerjaan yang tidak kita sukai, namun harus dilakukan. Jika tidak dilakukan, kemungkinan besar akan mempengaruhi hidup kita. Namun kalau dipaksakan untuk melakukannya kemudian kita sering bosan, bagaimana hasilnya? Tentu kurang/tidak menyenangkan. Kalau hal itu sering terjadi bahkan kebosanan itu muncul secara rutin, makin sulitlah bagi kita untuk menghindarinya.

Bagaimana cara menghilangkan kebosanan? Jika kebosanan itu terjadi, ada 2 (dua) alternatif yang harus segera dilakukan, melanjutkan kegiatan itu atau segera mengganti dengan kegiatan lain. Jika seseorang memilih harus melanjutkan kegiatan rutinnya, maka dia harus segera mencari cara untuk menghilangkan rasa bosan. Salah satu hal yang mungkin dapat membantu adalah memberi sentuhan psikologis. Kemungkinan cara yang dapat dilakukan, membuat variasi kegiatan non rutin diantara kegiatan rutin.

Disiplin dalam melakukan kegiatan rutin tidaklah mudah. Sejak kecil aku sendiri telah berupaya untuk disiplin melakukan sesuatu. Setelah umurku di atas 60 tahun, ternyata banyak hal yang ku rasa aku belum dapat disiplin. Di umurku ini aku telah mengubah beberapa kegiatan rutinku, diantaranya menulis dan mengajar. Untuk menulis ternyata sedikit ada hambatan sedang mengajar di suatu sekolah sementara ini kuhentikan dahulu. Les privat masih kulakukan, namun jam efektif les sudah ku kurangi.

Aku sudah menyusun jadwal kegiatan baru. Sudah ku atur sedemikian rupa, hingga kegiatan rutin ku beri selingan disana-sini agar tidak timbul kebosanan. Bosan, aku sendiri hampir tiada pernah merasa bosan. Namun di umur ini aku harus berjaga-jaga jangan sampai rasa bosan itu muncul. Sekali rasa bosan itu hinggap dan ku tak merasa kapan bosan itu mulai hinggap, maka ketika menyadarinya, aku bisa kecewa pada diri sendiri. Itu tidak mungkin, kita tidak boleh kecewa pada diri sendiri atau pada orang lain.

Ada beberapa kegiatan baru yang tergolong setengah rutin. Maksudku kegiatan non rutin yang ku jadikan kegiatan rutin, namun masih semi-rutin. Kadang-kadang aku merasa diriku ini lucu, makanya aku sering malu juga ketika anak didikku mengatakan aku lucu. Berikut cuplikan komentarnya.

"Ibu ini kok lucu ya. Habis marah bisa-bisanya langsung tersenyum. Habis bersuara keras dapat bernyanyi untuk memperingatkan kami. Penjelasan kimia dapat ibu nyanyikan, hehehe. Habis menegur siswa yang malas, eh ... dapat menjelaskan kimia dengan lantang yang diselingi tanya jawab dan membuat kami mengerti. Apa resepnya Bu? Kami ingin seperti Ibu."

Ya ... aku ternyata dapat merasakan hal itu. Aku akan merawat hal-hal yang disukai oleh siapa saja. Sebenarnya aku sering melakukan suatu hal yang mungkin jarang dilakukan oleh orang lain. Misalnya terpaksa harus kelihatan marah untuk memperingatkan seseorang. Namun sebenarnya aku tak pernah marah hingga membuat pusing setelah marah. Alhamdulillah, sampai detik ini aku tak pernah sakit kepala. Ketika harus mendisiplinkan / memperingatkan anak, sebenarnya aku tersenyum dalam hati. Pendidikan, ya aku bermaksud mendidik. Tak ada maksud lain, apalagi secuil pikiran negatif. Alhamdulillah, aku bisa menyikapi kegiatan rutinku dengan baik. Insya Allah pengalaman ini bermanfaat, salam perjuangan bangsaku.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun