Mohon tunggu...
Etis Nehe
Etis Nehe Mohon Tunggu... -

Memperhatikan, Merasakan, Memikirkan, Merenungkan, Menuliskan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rindu Natal dari Seberang

29 Desember 2011   09:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:37 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Hewa’ae löna öda-öda. Ba nafaoma na ta’ila mbawa navöda, omuso dödöda. Hö’ö töra moroi ba gö”

Ungkapan di atas berasal dari bahasa Nias Selatan. Artinya, “Walau kita tidak punya sesuatu yang bisa dimakan, tapi kalau kita masih bisa saling bertatap muka/bertemu, hati ini senang (bahagia) rasanya. Itu lebih dari makanan.”

Ungkapan di atas biasanya diungkapkan oleh para orangtua atau keluarga di kampung, yang rindu bertemu semua anggota keluarganya. Apalagi pada momen-momen khusus seperti perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.

Hari Natal dan Tahun Baru adalah dua hari yang sangat penting bagi masyarakat Nias. Tidak semata-mata karena latar spiritual yang menjadi konteks kedua hari itu, tapi juga faktor sosial budaya yang telah meneguhkannya.

Sebagai daerah yang penduduknya mayoritas beragama Kristen, setiap memasuki bulan Desember, keadaan di Pulau Nias, hingga di kampung-kampung akan langsung terasa berbeda dibanding bulan-bulan sebelumnya. Seolah 11 bulan sebelumnya merupakan masa-masa penantian.

Pada umumnya, di desa-desa, perayaan Natal itu jauh lebih sering dan meriah. Hampir setiap hari minggu, sejak adven pertama, selain ibadah minggu rutin pada pagi hari hingga siang, juga akan diikuti ibadah natal pada malamnya. Demikian terus berlangsung hingga memasuki hari pertama di tahun yang baru.

Berbagai persiapan dilakukan. Bila terkait kegiatan gerejawi, maka persiapan meliputi, di antaranya, pembenahan, perbaikan atau penataan fisik gereja sehingga tampak rapi, bersih dan nyaman. Tentu saja, juga pemasangan berbagai perhiasan hingga pintu gapura khusus dari bahan-bahan seperti bambu, janur kuning, dan berbagai hiasan lainnya. Juga berbagai latihan kegiatan terkait perayaan di gereja, seperti koor, vocal group, dan drama natal.

Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi di rumah-rumah. Penataan ulang tampilan rumah, termasuk memasang hiasan, juga menjadi agenda rutin. Berbagai kebutuhan juga disiapkan. Bagi orang yang berduit, rumah akan terlihat mentereng dengan berbagai hiasan kerlap-kerlip asesoris Natal.

Bagi orang yang ekonominya pas-pasan, setidaknya, asal rumahnya terlihat nyaman saja untuk dilihat dan tidak ‘malu-maluin’ bila ada yang bertamu, itu sudah cukup. Yang penting bisa menikmati kebahagiaan di hari penting itu.

Namun, persiapan yang paling penting lagi – umumnya sangat diperhatikan oleh para orangtua – adalah, menyambut kedatangan anggota-anggota keluarga. Baik yang masih dalam satu desa tapi berbeda rumah maupun dari desa, kecamatan, atau kabupaten berbeda di Pulau Nias. Apalagi anggota keluarga yang berada di perantauan, di luar pulau Nias dan di luar negeri.

Persiapan untuk pertemuan keluarga, diantisipasi sedemikian rupa. Sebab, sudah menjadi semacam keyakinan bersama, bahwa tidak ada yang bisa menandangi nikmatnya pertemuan keluarga pada saat Natal dan Tahun Baru seperti itu. Tidak heran bila saat Desember tiba, secara otomatis membuat semua keluarga bersiap sebaik mungkin.

Nikmatnya pertemuan keluarga itu tidak hanya sekedar karena terobatinya kerinduan satu dengan yang lain. Tapi, juga karena momen pertemuan keluarga pada Hari Natal dan Tahun Baru itu, menjadi momen untuk mempersatukan kembali keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun